Info

Cegah Hoax, Dokter Jiemi Ardian Bahas Mengenai Mitos Bipolar

Dokter Jiemi angkat bicara dan membahas secara garis besar mengenai mitos-mitos bipolar.

Stephanus Aranditio | Dwi Citra Permatasari Sunoto

Ilustrasi bipolar. (pixabay/geralt)
Ilustrasi bipolar. (pixabay/geralt)

Himedik.com - Banyaknya informasi-informasi yang kurang jelas mengenai kesehatan mental termasuk bipolar, membuat dokter Jiemi angkat bicara dan membahas secara garis besar mengenai mitos-mitos yang beredar di masyarakat termasuk dengan mitos yang ditanyakan oleh para followernya.

Bahasan itu ia ungkapkan dalam cuitan twitternya @jiemiardian. Berikut cuitan lengkapnya yang dikutip langsung dari twitter dr. Jiemi.

''Karena banyak yang bertanya sambil mengirimkan postingan quotes yang keliru, hari ini akan debunking mitos tentang bipolar ya.

Supaya paling tidak teman-teman di sini tidak tertipu dengan Hoax dalam kesehatan mental.

Bipolar merupakan sebuah gangguan yang berat (berat beneran lho), berlangsung sangat lama, dan membutuhkan perjuangan serius bagi penderitanya karena distres dan disability yang ditimbulkan.

Bipolar bukan tentang senang dan sedih, tapi manik dan depresi, jauh banget bedanya.

P: Dok yang ada di caption ini bener ngga?

Mitos bipolar. (twitter/@jiemiardian)
Mitos bipolar. (twitter/@jiemiardian)


D: Salah ya teman-teman. Itu jelas penyederhanaan yang berbahaya terhadap bipolar. Bipolar itu interaksi kompleks antara gen dan lingkungan, bukan karena 'sering memaksa diri untuk terlihat bahagia padahal lagi marah atau sedih'

 

Apa penyebab bipolar?

Secara psikologis saja jawabannya tidak sederhana, apalagi ditambah biologis, bisa jadi mata kuliah sendiri.

Jadi kalo ada yang bilang bipolar terjadi karena sering memaksa diri terlihat bahagia padahal lagi sedih banget, jelas ini simplifikasi yang salah.

Jadi penyebab bipolar secara biologi ada faktor genetik (iya bipolar itu diturunkan), faktor biokimia (neurotransmitter), gangguan pada fungsi beberapa daerah otak, dan lingkungan (termasuk kehamilan).

Dan penyebab secara psikologis ya ini penjelasannya. Melanie Klein menyebutkan, mania merupakan pertahanan jiwa terhadap depresi. Sedang depresi sendiri terjadi dalam perasaan kehilangan (merasa tidak berharga, tidak berarti).

Jadi, bukan karena pura pura bahagia ya.

Ada juga pertanyaan lain yang membuat dr. Jiemi terdiam,

P: Dok ada juga video yang bilang, kalau bipolar itu bisa sembuh dengan menangis sampai semua yang dipendam keluar, sampai ngga bisa menangis lagi. Katanya ini teknik yang banyak disembunyikan biar profesi tertentu tetep laris. Gimana itu dok?
D: ..........

Kalau penyembuhan bipolar sesederhana itu, pasien bipolar udah ngga ada, sembuh semua. Kalau bipolar sesederhana itu, ICD, DSM, PPDGJ sudah mengeluarkan diagnosis itu dari kategori gangguan jiwa.

Keberadaan bipolar dalam kriteria diagnosis di sana itu tanda bahwa ini gangguan serius. Bipolar tidak akan sembuh dengan menangis sampai lega, percayalah tidak akan.

Tidak ada satupun penelitian yang menyebutkan metode menangis bisa menyembuhkan bipolar. Bipolar membutuhkan obat-obatan dan konseling rutin, pengobatannya pun jangka panjang.

Metode psikoterapi pada bipolar pun ada guideline-nya, dan tidak ada dalam panduan menangani Bipolar menggunakan cara cara 'menangis sampai keluar semua'.

Lalu cara apa yang benar?

Strategi yang terbaik menurut penelitian menggunakan CBT, IPT, Psikoedukasi dan terapi keluarga. Kalau mau baca bipolar yang benar, bukan pseudoscience, bisa cari textbook dan penelitian, banyak kok. Kalau mau yang sederhana, bisa baca tulisan saya.

Pasien gangguan jiwa sangat rentan tergelincir ke pengobatan alternatif yang menghabiskan biaya dan tidak rasional, oleh karena itu yuk selalu dahulukan pengobatan berbasis bukti penelitian

By the way, gangguan jiwa saat ini bisa ditangani menggunakan Fasilitas BPJS lho, yuk manfaatkan.''

Nah, bagaimana guys sudah jelas kan? Jangan termakan informasi yang belum jelas asalnya apalagi kalau belum terbukti secara ilmiah.

Berita Terkait

Berita Terkini