Info

Remaja 19 Tahun Meninggal Setelah Menghirup Semprotan Deodoran

Bahan kimia dalam produk rumah tangga memiliki efek yang mirip dengan alkohol.

Rauhanda Riyantama | Dwi Citra Permatasari Sunoto

Ilustrasi deodoran. (pixabay)
Ilustrasi deodoran. (pixabay)

Himedik.com - Seorang remaja berusia 19 tahun meninggal setelah menghirup semprotan deodoran untuk mendapatkan sensasi nge-fly. Menurut Dr. Kelvin Harvey Kramp dari unit perawatan intensif Rumah Sakit Maasstad di Rotterdam kasus semacam itu sangat langka. Pasien yang memiliki riwayat gejala psikotik atas penyalahgunaan ganja, ketamin, dan obat antipsikotik tersebut sebelumnya telah dirawat di pusat rehabilitasi.

Menurut laporan, selama kambuh pada bulan Juli lalu, ia menaruh handuk di atas kepalanya dan menghirup aroma deodoran jenis spray supaya bisa nge-fly. Dia menjadi hiperaktif, melompat ke atas dan ke bawah, tapi tiba-tiba dia terjatuh.

Ia terkena serangan jantung dan aliran darahnya berhenti. Dia sempat mendapatkan perawatan dan koma selama 9 hari. Sayangnya takdir berkata lain, nyawanya tak bisa diselamatkan.

''Pasien tidak memiliki fungsi otak yang cukup baik untuk bertahan hidup,'' kata Kramp.

Kramp menjelaskan ada tiga teori yang menyebabkan pasien mengalami henti jantung, pertama zat yang dihirup membuat jantung si pasien menjadi peka. Kedua, zat tersebut menurunkan kekuatan kontraksi otot jantung. Ketiga, zat yang dihirup menyebabkan spasme arteri koroner.

Sementara itu, menurut Kramp hiperaktivitas pasien bisa berarti bahwa dia mengalami halusinasi yang menakutkan dan jika memang itu yang dialami, maka teori pertama berlaku pada jantungnya.

Menurut penelitian, kelompok yang paling rentan terpengaruh oleh penyalahgunaan produk rumah tangga adalah remaja berusia 15 hingga 19 tahun dan orang-orang di pusat rehabilitasi atau penjara lebih cenderung menyalahgunakannya.

Bahan kimia beracun butana yang sering digunakan dalam produk rumah tangga ini memiliki efek yang mirip dengan alkohol.

''Maksud dari pelaku menggunakan produk itu adalah untuk mengalami perasaan euforia dan disinhibition,'' jelas Kramp.

Padahal penyalahgunaan produk tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan termasuk kerusakan hati dan ginjal, gangguan pendengaran, hingga kerusakan otak.

Berita Terkait

Berita Terkini