Info

Waspada Hujan Abu Vulkanik Gunung Anak Krakatau, Ini Bahaya yang Mengancam

Partikel yang dimuntahkan tersebut tercampur dengan air sehingga membentuk sejenis polusi yang disebut vog.

Rauhanda Riyantama

Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12).(ANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat/pras via Suara.com)
Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12).(ANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat/pras via Suara.com)

Himedik.com - Hingga hari ini status Gunung Anak Krakatau masih terpantau aktif. Bahkan, hujan abu vulkanik tipis masih terus mengguyur ke beberapa wilayah seperti Cilegon, Anyer, dan Serang.

Akibatnya, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menaikkan status Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga). Status Siaga Gunung Anak Krakatau terhitung sejak pukul 06.00 WIB pada Kamis, (27/12/2018).

Oleh sebab itu, masyarakat diimbau untuk menjauhi lokasi Gunung Anak Krakatau dengan radius lima kilometer dari kawah. Masyarakat juga diminta waspada terhadap paparan abu vulkanik yang dapat mengganggu kesehatan. 

Abu vulkanik dari gunung berapi adalah sejenis partikel yang dimuntahkan ke udara sejauh bermil-mil. Partikel yang dimuntahkan tersebut tercampur dengan air sehingga membentuk sejenis polusi yang disebut vog.

Melansir dari laman American Lung Association, abu vulkanik sangat berbahaya bagi manusia, terutama orang yang memiliki riwayat penyakit paru-paru. Paparan abu vulkanik gunung berapa dapat memicu serangan asma, batuk, dan iritasi pernapasan. 

Untuk itu, American Lung Association merumuskan pedoman aman menghadapi hujan abu vulkanik. Jika berada di dalam rumah, sebaiknya tetap di dalam sampai abu mengendap. Tutup pintu dan jendela, lalu letakkan handuk basah di bibir pintu dan jendela. 

Apabila hendak pergi ke luar rumah, hindari mengemudi. Jika terpaksa, maka sebaiknya menutup jendela dan ventilasi mobil. Pendingin udara hanya boleh digunakan dalam mode resirkulasi.

Dan yang paling penting adalah selalu pakai masker. Tapi jangan asal masker, gunakan masker yang didesain khusus dan lebih kuat. Untuk meminimalisir kemungkinan partikel kecil abu vulkanik terhirup. 

Dokter menyarankan, gunakan masker dengan filter HEPA karena mampu menyaring partikel halus nan berbahaya. Selain itu, bisa juga memakai masker N-95. 

Berita Terkait

Berita Terkini