Info

Waspada Antibiotik yang Bisa Memengaruhi Sistem Kerja Jantung

Ketahui jenis antibiotiknya.

Rauhanda Riyantama | Yuliana Sere

Ilustrasi antibiotik. (pixabay/pexels)
Ilustrasi antibiotik. (pixabay/pexels)

Himedik.com - Badan Administrasi Obat dan Makanan AS atau FDA memperingatkan bahwa pasien harus menghindari kelas antibiotik yang disebut fluoroquinolones karena dapat meningkatan risiko robekan pembuluh jantung.

Seperti dilansir dari medicaldaily, organisasi tersebut mengungkapkan jika efeknya bisa menyebabkan perdarahan bahkan kematian. Risiko ini meningkat dengan penggunaan antibiotik fluoroquinolone yang diberikan melalui injeksi atau sebagai pil.

"Tidak boleh digunakan pada pasien dengan risiko yang meningkat kecuali tidak ada pilihan pengobatan lain yang tersedia," ungkap FDA.

Fluoroquinolon telah menjadi terapi antibiotik andalan, terutama untuk kondisi pernapasan atas, dan telah ada selama lebih dari tiga dekade. Antibiotik ini termasuk Cipro (ciprofloxacin), Levaquin (levofloxacin), Factive, (gemifloxacin), dan Avelox (moxifloxacin).

Obat-obatan/pexels
Obat-obatan/pexels

"Orang-orang yang berisiko tinggi termasuk mereka yang memiliki riwayat penyumbatan atau aneurisma (tonjolan abnormal) dari aorta atau pembuluh darah lainnya, tekanan darah tinggi, dan kelainan genetik tertentu yang melibatkan perubahan pembuluh darah," jelas FDA.

Sementara itu, menurut Dr. Satjit Bhusri, ahli jantung di Lenox Hill Hospital di New York City, antibiotik bila digunakan dengan tepat, bisa menyelamatkan nyawa. ''Skrining oleh ahli jantung sebelum memulai antibiotik ini adalah pencegahan terbaik,'' katanya.

"Bagi mereka yang sudah menggunakan antibiotik fluoroquinolone, jangan menghentikan antibiotik tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter," saran FDA.

Dr Theodore Strange, associate chair of medicine di Rumah Sakit Universitas Staten Island di New York City juga mengungkapkan hal lain. Ia mengatakan jika antibiotik ini juga berisiko pada remaja yang aktif olahraga.

"Hal ini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko cedera tendon," tandasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini