Info

Buat Hibrida Manusia dan Domba, Ilmuwan Ini Timbulkan Kontroversi

Mereka memperkenalkan sel induk manusia ke dalam embrio domba.

Dinar Surya Oktarini | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

ilustrasi manusia dan domba - (Pixabay/Uschi_Du)
ilustrasi manusia dan domba - (Pixabay/Uschi_Du)

Himedik.com - Para peneliti pada 2018 telah menciptakan kombinasi baru antara dua spesies atau chimera. Mereka menciptakan embrio hibrida domba-manusia yang suatu hari nanti organnya bisa dipakai untuk donasi di masa depan.

Organ yang bisa didonor itu nanti berasal dari bagian tubuh yang tumbuh di dalam hewan yang direkayasa dan tidak alami. Dengan tujuan tersebut, para ilmuwan menciptakan chimera domba-manusia antarspesies pertama pada Februari.

Dikutip dari Science Alert, Selasa (1/1/2019), mereka memperkenalkan sel induk manusia ke dalam embrio domba, sehingga menghasilkan makhluk hibrida yang lebih dari 99 persen domba, tetapi juga sangat kecil, mirip bakal manusia.

Bagian manusia untuk embrio yang dibuat dalam percobaan ini, sebelum dihancurkan setelah 28 hari, sangat kecil. Meski begitu, tetap saja adanya bagian dari manusia dalam penelitian ini menimbulkan kontroversi.

''Kontribusi sel manusia sejauh ini sangat kecil. Ini tidak seperti babi dengan wajah manusia atau otak manusia,'' kata ahli biologi sel punca Hiro Nakauchi saat presentasi penelitian pada Februari di Austin, Texas.

Ia menjelaskan, berdasarkan jumlah sel, hanya sekitar satu dari 10.000 sel (atau kurang) dalam embrio domba adalah manusia.

Penelitian ini merupakan lanjutan dari eksperimen sebelumnya oleh beberapa anggota tim yang sama. Mereka melihat para ilmuwan berhasil menumbuhkan sel-sel manusia di dalam embrio babi tahap awal di laboratorium dan menciptakan hibrida manusia-babi, yang oleh para peneliti digambarkan sebagai chimera antarspesies.

ilustrasi hibrida - (Pixabay/Comfreak)
ilustrasi hibrida - (Pixabay/Comfreak)

Munculnya stereotip 'ilmuwan gila' telah diperhitungkan sebelumnya dalam jenis penelitian ini. Namun, tim peneliti yakin eksperimen yang menuai pro dan kontra ini suatu hari nanti dapat memberikan solusi unik bagi ribuan orang yang membutuhkan donor organ penyelamat hidup, yang kebanyakan meninggal.

''Bahkan saat ini organ yang paling cocok, yang bukan berasal dari saudara kembar identik, tidak bertahan lama karena sistem kekebalan tubuh terus-menerus seiring berjalannya waktu,'' kata seorang anggota tim, ahli biologi reproduksi Pablo Ross.

Agar transplantasi berhasil, para peneliti beranggapan, setidaknya satu persen dari sel-sel embrio harus manusia. Artinya, langkah-langkah pertama yang ditunjukkan pada domba ini masih sangat awal.

Namun, tentu saja, meningkatkan rasio manusia melalui campuran chimera juga dianggap tak etis. Pasalnya, jenis makhluk yang diciptakan seolah-olah dihadirkan hanya agar organ-organnya bisa diambil.

''Aku juga memikirkan masalah itu,'' jelas Ross.

''Jika hasil temuan kami menunjukkan bahwa semua sel-sel manusia menuju ke otak hewan, maka mungkin kita tidak akan pernah meneruskannya,'' lanjutnya.

Sulit dijelaskan bagaimana menjawab pertanyaan tentang etika yang muncul dari penelitian ini. Namun, para ilmuwan mengatakan, jika setiap 10 menit pasien yang membutuhkan tranplantasi organ bertambah satu, kita sebaiknya tidak meremehkan apa yang bisa diperbuat chimera di kemudian hari.

Berita Terkait

Berita Terkini