Info

Mengenal Lebih Jauh tentang Penyakit Celiac

Simak ulasannya

Vika Widiastuti | Yuliana Sere

Roti tawar. (pixabay)
Roti tawar. (pixabay)

Himedik.com - Penyakit celiac merupakan penyakit autoimun yang terjadi akibat seseorang mengonsumsi gluten, protein yang terkandung dalam gandum, jelai, dan gandum hitam.

Dilansir dari medical daily, masih banyak orang yang beranggapan bahwa orang yang tidak terdiagnosis penyakit celiac selalu kurus.

Kekeliruan ini muncul karena gejala dari penyakit ini meliputi diare, penurunan berat badan, dan penyerapan nutrisi yang buruk.

Akan tetapi, di sinin berat badan bukanlah indikator yang dapat diandalkan apakah seseorang bebas dari penyakit celiac atau tidak.

Sementara itu, penelitian telah menjelaskan perbedaan antara penyakit celiac dan sensitivitas gluten. Sensitivitas gluten merupakan kondisi nyata, tetapi itu tidak sama dengan penyakit celiac.

Menurut Dr Alessio Fasano dari University of Maryland Centre for Celiac Research, seseorang dengan sensitivitas gluten mungkin dapat mentolerir sejumlah kecil gluten tanpa mengalami gejala dan masalah.

Gandum (unsplash)
Gandum (unsplash)

"Penyakit celiac adalah penyakit seumur hidup. Jadi kamu harus tetap bebas 100 persen dari gluten. Jika kamu mengalami penyakit celiac, sistem kekebalan akan merespons semua gluten yang masuk dengan cara yang sama," ungkapnya.

Di lain sisi Fasano juga menjelaskan, intoleransi gluten dapat terjadi kapan saja. Kamu mungkin agak heran jika beberapa orang dapat mengembangkan intoleransi gluten di kemudian hari padahal mereka bisa saja menderita sejak kecil.

''Kamu dapat mengembangkan penyakit celiac kapan saja," tutur Fasano.

Ia mencatat kemungkinan seseorang di atas usia 70 tahun bisa saja baru mulai menunjukkan tanda atau gejala penyakit celiac. Selain itu, gluten yang dikonsumsi dalam jumlah besar akan merusak organ tubuh.

Menurut Harvard Health, bahkan gluten dalam jumlah kecil dapat merusak lapisan usus kecil yang pada gilirannya dapat mengurangi nutrisi yang diserap dari makanan.

Hal ini dapat meningkatkan risiko masalah lain seperti osteoporosis, infertilitas, kerusakan saraf, dan kejang.

Berita Terkait

Berita Terkini