Info

Otaknya Dibedah, Pasien Epilepsi Dibiarkan Sadar bahkan Dibuat Tertawa

Pasien epilepsi justru bercanda saat otaknya dibuka dan dibedah.

Vika Widiastuti | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Ilustrasi operasi - (Pixabay/sasint)
Ilustrasi operasi - (Pixabay/sasint)

Himedik.com - Seorang wanita dengan epilepsi menjalani operasi otak dalam keadaan sadar di Emory University School of Medicine. Posisi kepalanya ditahan agar tak bergeser sementara otaknya yang terbuka tengah dibedah.

Namun, pasien itu harus tetap sadar dan tak tertidur demi keselamatannya sendiri. Kondisi tersebut membuat tim dokter dapat berbicara dengannya selama operasi untuk memastikan pekerjaan mereka tak menganggu area otak lain yang memiliki andil dalam keterampilan, seperti bahasa.

Biasanya, dokter menggunakan kombinasi obat penenang dan metode pengalihan untuk menjaga pasien tetap tenang selama operasi otak terbuka. Namun, cara ini tidak selalu berhasil dan bisa membahayakan pasien.

Mereka bisa saja panik, sehingga posisi kepalanya tidak bisa diam. Bahkan, bisa juga pasien mengulurkan tangan ke arah otaknya yang sedang dalam keadaan terbuka.

Untuk itu, dikutip dari Live Science, Senin (4/2/2019), kali ini dokter mencoba pendekatan baru. Mereka membuat wanita itu tertawa.

 

Ilustrasi otak - (Pixabay/PublicDomainPictures)
Ilustrasi otak - (Pixabay/PublicDomainPictures)

Menurut laporan terakhir dari kasusnya, yang diterbitkan secara online pada 27 Desember 2018, di The Journal of Clinical Investigation, cara itu berhasil.

Membuat seseorang tertawa selama bedah otak memang tidak semudah menceritakan lelucon yang sangat lucu. Sebagai gantinya, para dokter langsung menuju ke sumber: otak.

Untuk memicu tawa, tim dokter merangsang area tertentu dalam suatu bundel panjang sel-sel otak yang membentang dari depan otak ke belakang. Respons tawa pasien pun membantu menenangkan dirinya selama operasi.

Bundel cingulum itu terbuat dari materi putih, bagian-bagian otak yang terdiri dari ekor sel-sel otak, atau akson, yang dilalui sinyal. Bundel cingulum terhubung ke banyak bagian otak yang mengoordinasikan emosi.

"Dia langsung merasa sangat lega, dia senang, bisa berkomunikasi dan membuat lelucon," kata penulis senior laporan kasus itu, Jon Willie, yang juga ahli bedah saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Emory. Dirinya merupakan salah satu ahli bedah yang mengoperasi pasien epilepsi tadi

"Saya berharap suatu hari nanti kita akan memiliki jenis stimulasi yang kurang invasif," kata Willie. Ia menambahkan, stimulasi semacam itu memang suatu hari bisa membantu mengatasi kecemasan dan depresi, seperti diberitakan Live Science.

Berita Terkait

Berita Terkini