Info

'Pasanganku Didiagnosis Kanker Langka, Dua Minggu Sebelum Hari Pernikahan'

Tijn memiliki bentuk kanker langka yang disebut limfoma Burkitt.

Vika Widiastuti | Dwi Citra Permatasari Sunoto

Ilustrasi pasangan. (PIxabay/Olessya)
Ilustrasi pasangan. (PIxabay/Olessya)

Himedik.com - Tak ada satupun yang menginginkan orang yang dicintai sakit atau mengalami kesulitan. Namun, semuanya kembali pada kehendak Tuhan. Wanita ini misalnya, ia harus menerima pasangannya menderita kanker langka menjelang pernikahan mereka. 

"Itu dua minggu sebelum pernikahan kami. Kami sudah menikah secara resmi di Amsterdam empat tahun sebelumnya, tetapi perayaan ini akan menjadi yang besar, dengan teman-teman dan keluarga kami di sana," katanya yang dilansir dari laman Everyday Health.

"Suamiku, Tijn, duduk di kursi pasien di ruang periksa di Memorial Sloan Kettering Cancer Center (MSKCC) di New York City. Saya duduk di sofa di sebelah mertua, yang sedang berkunjung dari Belanda khusus untuk perayaan ini."

Ketika mereka menunggu, mempelai wanita yang tak disebutkan namanya itu sedang mengirim sms dengan perencana pernikahan membahas tentang dekorasi bunga. Di sela-sela sms, dokter berjalan, duduk, dan berkata dengan tenang.

"Tijn, Anda memiliki bentuk kanker langka yang disebut limfoma Burkitt. Sangat agresif. Kami menyarankan Anda untuk segera memulai perawatan dan membatalkan pernikahan Anda di Italia," jelas dokter.

Limfoma Burkitt adalah jenis limfoma sel B matang yang langka. Kurang dari 2.000 orang setiap tahun didiagnosis mengidapnya di Amerika Serikat.

Tingkat kelangsungan hidup bervariasi. Pengobatan segera dikaitkan dengan kelangsungan hidup jangka panjang. Kasus Tijn sudah berada di stadium 3.

Limfoma sudah menyebar di sebagian besar sistem limfatiknya, muncul di leher, perut, dan selangkangannya.

Ilustrasi hasil rontgen. (Pixabay/rawpixel)
Ilustrasi hasil rontgen. (Pixabay/rawpixel)

"Itu mengejutkan. Tijn baru berusia 30 tahun, bukan perokok, makan makanan sehat, dan atlet sehari-hari. Meskipun kami telah mengetahui selama beberapa minggu bahwa ia mungkin menderita kanker karena kelenjar getah bening di lehernya telah tumbuh hingga seukuran bola bisbol satu bulan sebelumnya," kata mempelai wanita.

"Mendengar dokter menjelaskan prognosisnya adalah sesuatu yang baru. Itu mengaburkan pikiranku dan membuat dadaku sesak. Di saat yang berat itu, ketika saya melihat Tijn, saya tiba-tiba merasakan jenis cinta dan tanggung jawab baru terhadapnya dan masa depan kita."

"Saya telah menjadi kekasihnya, sahabat, dan istrinya. Sekarang, saya juga pengasuh utamanya. Saya membuat perjanjian dengan diri saya sendiri bahwa, apa pun yang terjadi, saya akan tetap kuat dan mendedikasikan semua kepositifan saya untuk pemulihannya." imbuhnya.

Sebenarnya ada pilihan untuk bergabung dengan uji klinis pada rejimen kemoterapi baru yang dikenal sebagai EPOCH-Rituximab.

Sebanyak 193 orang yang sudah terdaftar dalam uji coba, sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, dan pengobatan belum dikaitkan dengan tingkat keparahan yang sama atau lama di rumah sakit seperti perawatan lainnya.

Pilihan untuk berpartisipasi cukup mudah. Tijn akan menerima enam hingga delapan siklus terapi.

"Kami dengan cepat memberi tahu tamu dan vendor pernikahan kami bahwa pernikahan itu batal atau, setidaknya seperti yang kami harapkan, ditunda."

"Kami membatalkan penerbangan kami dan merencanakan penerbangan baru bagi keluarga Belanda kami untuk dikunjungi selama enam bulan ke depan, semua sambil mencoba beradaptasi dengan realitas baru kami," lanjutnya.

Tijn didiagnosis pada hari Rabu pagi di awal September. Pada hari Jumat di minggu yang sama, ia menerima dosis kemoterapi pertamanya.

Ilustrasi kemoterapi. (pixabay/andreas)
Ilustrasi kemoterapi. (pixabay/andreas)

Perawatan Tijn terdiri dari siklus tiga minggu. Dalam satu minggu, ia menerima kemoterapi rawat jalan melalui kateter intravena yang tetap di tempatnya selama perawatan.

Dalam minggu kedua, dia merasa seperti sampah. Minggu ketiga, dia perlahan mulai pulih, mengetahui bahwa satu minggu kemudian, siklus akan mulai dari awal lagi.

"Ini bisa mengalahkan, jadi kami memutuskan untuk merayakan langkah-langkah kecil menuju pemulihan di sepanjang jalan," katanya.

"Jadi, karena Tijn mencintai pai, saat nafsu makannya kembali pada minggu ketiga, saya akan membeli pai dan bersama-sama kita akan merayakan pencapaian ini."

Tijn menerima dosis kemo terakhir pada 30 Desember 2016, tepat saat mereka merayakan tahun baru. Dua minggu kemudian, mereka menerima kabar baik bahwa Tijn secara resmi bebas kanker.

"Kami menghela nafas lega dan dengan cepat kembali ke rutinitas normal lama kami dan merencanakan pernikahan yang sempat tertunda."

Sekarang sudah dua tahun sejak Tijn bebas dari kanker. Dia secara resmi mencapai tahap penyintas (orang yang berhasil bertahan hidup), tepat pada waktunya untuk menyambut anak pertama mereka, bayi perempuan, pada Juli mendatang.

Berita Terkait

Berita Terkini