Himedik.com - Menurut studi pada 2012 di National Institute of Health (NIH) mengatakan pasangan memiliki tingkat oksitosin yang tinggi pada tahap awal hubungan mereka. Apa manfaat hormon ini?
Hormon cinta ini bermanfaat untuk meningkatkan hubungan karena memengaruhi tingkat kepercayaan, empati, kesetiaan, komunikasi positif, dan ikatan. Bersamaan dengan oksitosin, dopamin dan serotonin juga dilepaskan yang berdampak positif pada perilaku seseorang. Keduanya merupakan hormon bahagia.
Baca Juga
5 Cara Meningkatkan Dopamin dalam Tubuh, Gampang Kok!
Gosok Tomat ke Wajah Selama 3 Detik, Ini Manfaat yang Didapatkan!
Bayi Laki-Laki Lahir Tanpa Alat Kelamin karena Kelainan Langka, Apa Itu?
Kebiasaan Hirup Deodoran Spray Ibunya, Remaja Ini Ditemukan Meninggal Dunia
Idap Gagal Ginjal, Pria Ini Alami Gejala Bau Mulut dan Lidah Mati Rasa!
Menurut jurnal Cell Press, Tingkat tinggi oksitosin bisa membuat orang merasa santai, menimbulkan kepercayaan, menurunkan stres, serta kecemasan.
Berdasakan penelitian lain yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS), oksitosin juga bertanggung jawab atas komunikasi yang terjadi antara dua pasangan romantis.
Sementara itu, dilansir dari thehealthsite, pada penderita autisme yang mengalami kesulitan memahami dan merespons petunjuk. Hal ini kemungkinan karena rendahnya tingkat oksitosin.
Bukan itu saja, menurut studi baru NIH, ibu yang memiliki tingkat oksitosin yang tinggi, lebih mungkin terlibat dalam perilaku pengasuhan yang penuh kasih sayang. Perilaku pengasuhan tersebut akan meningkatkan kadar oksitosin pada anak-anaknya. Hal ini tidak terbatas pada ibu atau ayah biologis, tetapi juga orang tua asuh.
Pada tubuh, hormon ini bisa memengaruhi kesehatan merangsang produksi dan kesehatan sperma pada laki-laki. Sementara, pada wanita hormon ini memicu persalinan dan merangsang produksi ASI.
Namun, hormon ini bukan tanpa kekurangan. Bersamaan dengan terciptanya ikatan, oksitosin juga menciptakan 'favorit'. Bahkan pada ibu, hormon ini bisa mendorong prasangka bersamaan dengan kepercayaan.
Selain itu, hormon ini bisa menghasilkan perasaan iri dan ketidakjujuran. Namun, para ahli sepakat, penelitian lebih lanjut untuk mengetahuinya lebih dalam.