Info

Ketahui Kelebihan dan Kekurangan 'Hormon Cinta' Oksitosin

Hormon cinta ini bermanfaat untuk meningkatkan hubungan karena memengaruhi tingkat kepercayaan, apa lagi?

Vika Widiastuti

Ilustrasi pasangan kekasih. (unsplash)
Ilustrasi pasangan kekasih. (unsplash)

Himedik.com - Menurut studi pada 2012 di National Institute of Health (NIH) mengatakan pasangan memiliki tingkat oksitosin yang tinggi  pada tahap awal hubungan mereka. Apa manfaat hormon ini?

Hormon cinta ini bermanfaat untuk meningkatkan hubungan karena memengaruhi tingkat kepercayaan, empati, kesetiaan, komunikasi positif, dan ikatan. Bersamaan dengan oksitosin, dopamin dan serotonin juga dilepaskan yang berdampak positif pada perilaku seseorang. Keduanya merupakan hormon bahagia.

Menurut jurnal Cell Press, Tingkat tinggi oksitosin bisa membuat orang merasa santai, menimbulkan kepercayaan, menurunkan stres, serta kecemasan.

Berdasakan penelitian lain yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America  (PNAS), oksitosin juga bertanggung jawab atas komunikasi yang terjadi antara dua pasangan romantis.

Sementara itu, dilansir dari thehealthsite, pada penderita autisme yang mengalami kesulitan memahami dan merespons petunjuk. Hal ini kemungkinan karena rendahnya tingkat oksitosin.

Ungkapan kasih sayang ibu (shutterstock)
Ungkapan kasih sayang ibu (shutterstock)

Bukan itu saja, menurut studi baru NIH, ibu yang memiliki tingkat oksitosin yang tinggi, lebih mungkin terlibat dalam perilaku pengasuhan yang penuh kasih sayang. Perilaku pengasuhan tersebut akan meningkatkan kadar oksitosin pada anak-anaknya. Hal ini tidak terbatas pada ibu atau ayah biologis, tetapi juga orang tua asuh.

Pada tubuh, hormon ini bisa memengaruhi kesehatan merangsang produksi dan kesehatan sperma pada laki-laki. Sementara, pada wanita hormon ini memicu persalinan dan merangsang produksi ASI.

Namun, hormon ini bukan tanpa kekurangan. Bersamaan dengan terciptanya ikatan, oksitosin juga menciptakan 'favorit'. Bahkan pada ibu, hormon ini bisa mendorong prasangka bersamaan dengan kepercayaan.

Selain itu, hormon ini bisa menghasilkan perasaan iri dan ketidakjujuran. Namun, para ahli sepakat, penelitian lebih lanjut untuk mengetahuinya lebih dalam.

Berita Terkait

Berita Terkini