Info

Simak, Ini 4 Mitos tentang Kolesterol yang Tak Perlu Dipercaya

Mitos tentang kolesterol ini terlanjur dipercaya masyarakat luas.

Yasinta Rahmawati

Ilustrasi putih telur. (unsplash)
Ilustrasi putih telur. (unsplash)

Himedik.com - Kolesterol tinggi dikenal menjadi momok bagi kesehatan. Seperti yang diketahui, terlalu sering mengonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh bisa meningkatkan kadar kolesterol.

Sayangnya, beredar informasi mengenai kolesterol yang terlanjur dipercaya padahal hanyalah mitos. Seperti dirangkum dari Health, berikut mitos tentang kolesterol.

1. Telur itu jahat
Memang benar bahwa telur memiliki banyak kolesterol makanan lebih dari 200 mg. Tapi kolesterol makanan tidak separah yang diduga selama ini. Hanya sebagian dari kolesterol dalam makanan berakhir sebagai kolesterol dalam aliran darah Anda, dan jika asupan kolesterol Anda meningkat, tubuh Anda menggantinya dengan memproduksi lebih sedikit kolesterol sendiri.

Meskipun Anda tidak ingin berlebihan, makan satu atau dua telur beberapa kali seminggu tidak berbahaya. Faktanya, telur adalah sumber protein yang sangat baik dan mengandung lemak tak jenuh atau lemak baik.

2. Kolesterol selalu buruk
Ketika kebanyakan orang mendengar "kolesterol", mereka selalu mengaitkannya dengan "buruk." Kenyataannya lebih kompleks. Kolesterol tinggi bisa berbahaya, tetapi kolesterol itu sendiri sangat penting untuk berbagai proses tubuh, dari isolasi sel-sel saraf di otak hingga menyediakan struktur untuk membran sel.

3. Label bertuliskan "0 mg kolesterol" selalu sehat bagi jantung
Bagian kolesterol dari label nutrisi mengacu pada kolesterol makanan. Semakin rendah angkanya dianggap semakin baik. Padahal kenyataannya, itu hanya merupakan salah satu hal yang ditemukan dalam makanan yang dapat menyebabkan kolesterol Anda melambung tinggi.

4. Anak-anak tidak akan memiliki kolesterol tinggi
Penelitian telah menunjukkan bahwa penyempitan pembuluh darah yang menyebabkan serangan jantung dapat dimulai sejak usia delapan tahun.

Anak-anak dengan kolesterol tinggi harus melakukan diet yang membatasi lemak jenuh dan kolesterol makanan serta lebih banyak olahraga juga dianjurkan.

Berita Terkait

Berita Terkini