Info

Viral Soal 'Doktor Psikologi', Ini Lho Perbedaan Psikolog dan Psikiater

Perdebatan antara Revina VT dan 'Doktor Psikologi' tengah menjadi buah bibir, beberapa kali mereka membahas persoalan psikolog dan psikiater.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

ilustrasi psikiater - (Pixabay/valelopardo)
ilustrasi psikiater - (Pixabay/valelopardo)

Himedik.com - Beberapa hari ini perdebatan antara Revina VT dan 'Doktor Psikologi' berinisial DS menghebohkan media sosial. Melalui Instagram, Revina VT mengaku ragu bahwa 'Doktor Psikologi' itu seorang psikolog.

Hal ini bermula dari 'Doktor Psikologi' itu mengaku bisa menyembuhkan pasien bipolar. Bahkan Revina VT juga meragukan metode pengobatan 'Doktor Psikologi' yang sering di-share melalui Instagram.

"Kesimpulannya @dedys****** bukan psikolog, beliau nggak punya lisensi apapun untuk praktek sebagai psikolog. Sertifikasi sebagai psikoterapis pun patut di pertanyakan," tulis Revina VT melalui IG Story.

Tak hanya itu, Revina VT juga menunjukkan bukti chatting antara 'Dokter Psikologi' dengan mantan pasiennya. Dalam bukti chat itu, Revina mempermasalahkan sikap 'Doktor Psikologi' yang melarang pasiennya pergi ke psikiater.

"Ada yang melarang ke psikiater loh. Padahal sudah ada diagnosanya, keren banget @dedys****** merasa lebih jago," ujarnya lagi.

Lantas, apa perbedaan psikolog dan psikiater? Secara umum dilansir oleh Psychology Today, psikiater dan psikolog sama-sama terlibat dalam terapi. Namun untuk lebih jelasnya, mari simak perbedaannya berikut ini.

Perdebatan Revina VT dengan 'Doktor Psikologi' (Instagram/@revinavt)
Perdebatan Revina VT dengan 'Doktor Psikologi' (Instagram/@revinavt)

1. Psikiater

Psikiater menempuh pendidikan sekolah kedokteran yang sama dengan dokter medis lainnya, seperti dokter penyakit dalam atau dokter anak. Karena itu, mereka memegang gelar doktor kedokteran, MD.

Ruang lingkupnya sebagai psikiater, mempelajari semua sistem dan fungsi dalam tubuh manusia, riwayat dan keterampilan pemeriksaan fisik dan rencana perawatan khusus untuk setiap kondisi medis.

Setelah selesai sekolah, psikiater akan menjalani pelatihan residensi 4 tahun untuk mengambil spesialisasi dalam psikiatri. Mereka akan belajar tentang diagnosis dan modalitas pengobatan setiap kondisi psikologis, seperti bipolar dan skizofrenia.

Psikiater mendiagnosis gangguan kesehatan mental secara klinis menggunakan kriteria dari Manual Diagnostik dan Statistik American Psychiatric Association of Mental Disorders , Fifth Edition (DSM-5), memanfaatkan hasil pengujian psikologis , pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT) dan pengujian kimia klinis.

Psikiater juga bertanggung jawab untuk mendiagnosis gangguan mental dan mengelola obat-obatan, karena keahlian mereka berfokus pada ketidakseimbangan kimiawi di otak. Pasien sering dirujuk ke psikiater oleh dokter perawatan primer mereka atau oleh psikolog untuk memastikan bahwa mereka menggunakan obat yang tepat dan dosis yang tepat.

Ilustrasi dokter - (Pixabay/rawpixel)
Ilustrasi dokter - (Pixabay/rawpixel)

2. Psikolog

Sedangkan psikolog, tidak termasuk kedokteran seperti psikiater. melainkan mereka masuk sekolah pascasarjana dan mendapatkan gelar doktor, seperti Doctor of Philosophy (Ph.D.) atau Doctor of Psychology (Psy.D.) Psikolog dapat menggunakan kriteria DSM untuk mendiagnosis, tetapi mereka tidak dilatih dalam prinsip medis umum.

Sebaliknya, mereka bisa menggunakan pengujian psikologis, seperti Inventory Personality Multiphasic Minnesota (MMPI). Psikolog adalah ahli dalam memberikan terapi psikososial dan berkonsentrasi pada pikiran dan emosi pasien.

Berita Terkait

Berita Terkini