Vaksin Corona Covid-19 dari Darah Pasien yang Sudah Sembuh sedang Diproses

Ilmuwan Jepang sedang mengembangkan obat dari plasma darah pasien yang sudah sembuh corona Covid-19.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni
Selasa, 10 Maret 2020 | 13:00 WIB
Ilustrasi plasma darah. (Freepik/sci8indy)

Ilustrasi plasma darah. (Freepik/sci8indy)

Himedik.com - Saat ini sudah lebih dari 100 ribu orang terinfeksi corona Covid-19 secara global. Namun sejauh ini belum ada obat yang dipatenkan mampu mengatasi wabah virus corona Covid-19 dari Wuhan, China

Kabar baiknya, darah dari pasien yang sudah sembuh disebut bisa mengatasi virus corona Covid-19.

Kini, para ilmuwan pun telah berupaya mengembangkan obat untuk membunuh virus corona yang mematikan tersebut. Perusahaan obat di Jepang pun mencoba membuat obat untuk virus corona dari sistem kekebalan tubuh pasien yang sudah pulih.

Baca Juga: Bahasa Tubuh saat Stres Bisa Picu Penularan Virus Corona Covid-19

Takeda Pharmaceutical Co mengatakan akan menggunakan plasma darah orang yang sudah pulih dari corona Covid-19 sebagai bagian dari penelitian mereka.

Secara teori, penggunaan protein dari orang yang sudah pulih bisa membuat obatnya bekerja lebih efektif. Sehingga obat dari plasma darah mantan pasien ini bisa mengobati orang yang masih berjuang melawan corona Covid-19.

"Kita tidak mengatakan bahwa hal ini merupakan terapi yang harus dilakukan semua orang. Metode ini ditargetkan hanya untuk pasien yang menderita penyakit kronis," kata Julie Kim, president unit plasma darah Takeda dikutip dari The Sun.

Baca Juga: Mengenal Pil Xanax, Psikotropika yang Ditemukan di Rumah Ririn Ekawati

Wabah virus corona (coronavirus) Covid-19. (Shutterstock)
Wabah virus corona (coronavirus) Covid-19. (Shutterstock)

Saat ini, sudah lebih dari 60 ribu orang yang pulih dari virus corona Covid-19. Sementara itu, para ilmuwan di seluruh dunia berupaya mengembangkan vaksin untuk menghentikan penyebaran virus.

Prof. Robin Shattock, kepala infeksi mukosa dan imunitas di Imperial College London, mengatakan tahapnya sudah sampai menguji vaksin pada hewan dengan penelitian pada manusia di musim panas.

Biasanya pendekatan konvensional untuk membuat vaksin membutuhkan waktu sampai 3 tahun. Tetapi, para peneliti telah memangkas waktu pengembangannya menjadi 14 hari.

Baca Juga: Heboh Kasus ABG Bunuh Bocah 6 Tahun, Ketahui Ciri-Ciri Psikopat pada Anak

Pembuat obat di AS Gilead Sciences Inc juga sedang menguji terapi antivirus Ebola eksperimental dan remdesivir pada pasien virus corona di Cina.

Di Wuhan sendiri, Harian China Changjiang melaporkan para peneliti di Universitas Zhejiang telah menemukan bahwa obat Abidol dan Darunavir dapat menghambat virus dalam percobaan sel in vitro.

Lalu, para ilmuwan di Australia juga telah mengembangkan versi virus yang dikembangkan di laboratorium, sebuah langkah besar menuju pembuatan vaksin.

Catatan Redaksi: Jika Anda merasakan gejala batuk-batuk, demam, dan lainnya serta ingin mengetahui informasi yang benar soal virus corona Covid-19, sila hubungi Hotline Kemenkes 021-5210411 atau kontak ke nomor 081212123119.

Berita Terkait TERKINI
Faktor lingkungan juga berperan dalam memicu kanker....
info | 08:00 WIB
Sakit maag terjadi karena ketidakseimbangan asam lambung dalam tubuh....
info | 08:00 WIB
Untuk memenuhi asupan protein tak harus selalu mengandalkan telur lho....
info | 08:00 WIB
Minum air memang benar membantu menghindari penyakit ginjal. Namun.......
info | 08:00 WIB
kopi hitam termasuk minuman rendah kalori....
info | 08:00 WIB
Sakit tenggorokan adalah salah satu gejala umum yang sering menyertai flu....
info | 08:00 WIB
Yang menjadi penghambat pemberantasan kusta termasuk stigma dan diskriminasi di masyarakat....
info | 08:00 WIB
Berikut beberapa olahraga yang dapat membantu membakar kalori sehingga berat badan cepat turun....
info | 08:00 WIB
Untuk mencegah kolesterol meningkat drastis setelah lebaran dan memicu berbagai penyakit berbahaya, berikut ini cara men...
info | 08:00 WIB
Tampilkan lebih banyak