Info

Kasus Baru Virus Corona, Ditularkan Melalui Orang Tanpa Gejala

Menanggapi penelitian terbaru, CDC mengubah cara mendefinisikan risiko infeksi bagi orang Amerika. Mereka menegaskan bahwa siapa pun bisa menjadi pembawa atau penular Covid-19, meski tanpa gejala.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi rapid test corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi rapid test corona Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Kasus virus corona baru yang berkembang, 10 persennya terinfeksi dari orang-orang tanpa gejala (asimtomatik) yang terlihat sehat. Kondisi tersebut tentu semakin menyulitkan dalam pemutusan rantai penyebaran.

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Singapura dan diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memperkirakan sekitar 10 persen infeksi Covid-19 dipicu oleh orang yang tidak mengalami gejala signifikan. Penelitian tersebut baru diterbitkan pada Rabu (1/4/2020).

Menanggapi penelitian terbaru, CDC mengubah cara mendefinisikan risiko infeksi bagi orang Amerika. Mereka menegaskan bahwa siapa pun bisa menjadi pembawa atau penular Covid-19, meski tanpa gejala. Demikian dilansir dari South China Morning Post.

Hal tersebut membuat jarak sosial menjadi lebih penting untuk menghindari penyebaran infeksi.

Ilustrasi masker dan virus corona. (Pixabay)
Ilustrasi virus corona. (Pixabay)

"Anda harus benar-benar proaktif dalam mengurangi kontak dengan orang-orang yang tampaknya sangat sehat," kata Lauren Ancel Meyers, seorang peneliti dari Universitas Texas di Austin.

Studi baru ini berfokus pada 243 kasus infeksi virus corona yang dilaporkan di Singapura dari pertengahan Januari hingga pertengahan Maret. Mereka juga meneliti 157 orang yang tidak pernah berpergian ke luar negeri.

Sebuah studi sebelumnya di provinsi Hubei, China, menunjukkan bahwa lebih dari 10 persen penularan terjadi sebelum pasien yang menyebarkan virus menunjukkan gejala.

Para peneliti juga melihat kemungkinan bahwa kasus-kasus tambahan dipicu oleh orang-orang tanpa gejala yang terinfeksi (asimptomatik). Begitu juga dengan orang-orang yang telah sembuh, namun masih menularkan virus (pra-gejala).

"Masih belum jelas berapa banyak infeksi baru yang disebabkan oleh masing-masing jenis penyebar potensial ini," kata Meyers.

Ilustrasi physical distancing. (Shutterstock)
Ilustrasi physical distancing. (Shutterstock)

Pejabat CDC mengatakan mereka telah meneliti infeksi asimptomatik dan pra-gejala, tetapi penelitian masih belum lengkap.

Pada bulan-bulan awal pandemi, para pejabat kesehatan mendasarkan respon mereka pada keyakinan bahwa sebagian besar penyebarannya berasal dari orang-orang yang bersin atau batuk-batuk yang mengandung virus.

Dengan penelitian baru, anggapan tersebut telah terbantah dengan penularan dari orang-orang asimptomatik dan pra-gejala yang tampak sehat.

Berita Terkait

Berita Terkini