Info

Pasien Bermasalah, Studi Klorokuin untuk Covid-19 Terpaksa Dihentikan

Sedang diuji apakah klorokuin adalah pengobatan yang aman dan efektif untuk Covid-19.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi obat (pixabay/pexels)
Ilustrasi obat (pixabay/pexels)

Himedik.com - Klorokuin dan hidroksiklorokuin menjadi topik utama dalam beberapa pekan terakhir setelah Donald Trump menyebut obat-obatan ini berpotensi sebagai obat Covid-19, walau FDA belum menyutujuinya. Hal ini pun membuat sejumlah peneliti melakukan uji coba terhadap obat anti-malaria tersebut.

Studi yang menguji klorokuin terhadap Covid-19 oleh peneliti dari Brasil harus dihentikan lebih awal lantaran sekelompok pasien mengonsumsinya dalam dosis tinggi. Beberapa pasien ini pun mengalami masalah irama jantung yang berbahaya.

Dilansir Live Science, peneliti Brasil berencana untuk mendaftarkan 440 orang dalam studi mereka untuk menguji apakah klorokuin adalah pengobatan yang aman dan efektif untuk Covid-19.

Tetapi, peserta dianjurkan untuk mengambil obat dalam dosis tinggi (600 miligram dua kali sehari selama 10 hari) atau dosis rendah (450 miligram selama lima hari, dengan dosis ganda hanya pada hari pertama).

Penelitian ini adalah 'buta ganda', yang artinya baik dokter maupun pasien tidak tahu dosis mana yang mereka terima.

Avigan dan Klorokuin disebut efektif mengobati pasien yang terinfeksi virus corona atau Covid-19. (Shutterstock)
Avigan dan Klorokuin disebut efektif mengobati pasien yang terinfeksi virus corona atau Covid-19. (Shutterstock)

Namun, setelah mendaftarkan hanya 81 pasien, para peneliti melihat beberapa tanda yang mengkhawatirkan.

Dalam beberapa hari setelah memulai pengobatan, lebih banyak pasien dalam kelompok dosis tinggi mengalami masalah irama jantung daripada mereka yang berada dalam kelompok dosis rendah.

Dua pasien dalam kelompok dosis tinggi mengalami detak jantung yang cepat dan abnormal dikenal sebagai takikardia ventrikel, sebelum akhirnya mereka meninggal.

Sebagai hasil dari temuan ini, para peneliti segera menghentikan kelompok studi dosis tinggi. Mereka memeringatkan agar tidak menggunakan dosis tinggi untuk setiap pasien Covid-19.

"Studi kami menaikkan bendera merah untuk menghentikan penggunaan dosis tinggi seperti itu... di seluruh dunia untuk menghentikan kematian yang tidak perlu," tulis peneliti dalam makalah yang diunggah 11 April di basis data medRxiv. Makalah ini belum diterbitkan dalam jurnal peer-review.

Sejenis klorokuin yang digunakan sebagai bagian dari pengobatan pasien Covid-19 di Prancis pada Februari 2020. [AFP/Gerard Julien]
Sejenis klorokuin yang digunakan sebagai bagian dari pengobatan pasien Covid-19 di Prancis pada Februari 2020. [AFP/Gerard Julien]

Jumlah pasien yang terbatas dalam penelitian sejauh ini tidak cukup untuk menentukan apakah obat memiliki manfaat untuk Covid-19 atau tidak. Tetapi para peneliti masih berencana untuk mendaftarkan pasien dalam kelompok dosis rendah untuk menyelesaikan studi mereka.

Semua pasien dalam penelitian ini juga mengonsumsi antibiotik azithromycin, yang juga diketahui meningkatkan risiko masalah irama jantung.

Para peneliti mencatat bahwa mereka tidak dapat menilai efek toksik dari antibiotik ini dengan sendirinya karena semua pasien sudah menggunakan obat sebelum memulai penelitian.

Berita Terkait

Berita Terkini