Info

Dokter: Infeksi Covid-19 Buat Lansia Susah Makan hingga Linglung

Mereka dinilai menunjukkan gejala atipikal atau tidak biasa saat terinfeksi corona Covid-19.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Lansia. (pixabay/stevepb)
Lansia. (pixabay/stevepb)

Himedik.com - Pasien lanjut usia (lansia) yang menderita Covid-19 tercatat menunjukkan beberapa gejala atipikal atau tidak umum. Hal ini mempersulit upaya untuk memastikan mereka mendapatkan perawatan yang tepat waktu dan sesuai.

Covid-19 umumnya ditandai dengan tiga gejala umum, yaitu demam, batuk kering terus menerus dan sesak napas. Tetapi pasien lansia, kelompok usia yang paling berisiko mengalami komplikasi parah atau kematian, mungkin tidak memiliki gejala Covid-19 tersebut.

Sebaliknya, para lansia mungkin tampak 'tidak aktif', tidak bertindak seperti diri mereka sendiri, sejak awal terinfeksi virus corona baru.

Misalnya, waktu tidur mereka menjadi lebih banyak dari biasanya atau tiba-tiba berhenti makan. Mereka juga tampak apatis atau bingung, kehilangan orientasi di lingkungan mereka, pusing, dan kondisinya turun. Terkadang, mereka berhenti berbicara atau pingsan.

"Dengan banyak kondisi, orang yang sudah tua tidak menunjukkan gejala dengan cara yang khas, dan kami melihat itu pada infeksi Covid-19 juga," ujar Dr. Camille Vaughan, kepala seksi geriatrik dan gerontologi di Emory University.

Ilustrasi lansia sakit. (Pixabay)
Ilustrasi lansia sakit. (Pixabay)

Respon imun yang berubah

Dilansir CNN Internasional, alasan semua itu berkaitan dengan bagaimana tubuh yang lebih tua merespons penyakit dan infeksi.

"Pada usia lanjut, respons kekebalan seseorang mungkin tumpul dan kemampuan mereka untuk mengatur suku dapat berubah," jelas Dr. Joseph Ouslander, seorang profesor kedokteran geriatri di Schmidt College of Medicine di Florida Atlantic University.

Menurutnya, penyakit kronis yang diderita para lansia juga dapat menutupi atau menganggu tanda infeksi Covid-19.

"Beberapa orang tua, baik karena perubahan terkait usia atau masalah neurologis sebelumnya seperti stroke, mungkin telah mengubah refleks batuk. Orang lain dengan gangguan kognitif mungkin tidak dapat mengomunikasikan gejala mereka," sambungnya.

Berita Terkait

Berita Terkini