Info

Walau Sudah Pakai APD, Dokter Masih Rentan Terkena Covid-19

Sebuah studi menunjukkan petugas kesehatan masih berisiko 3 kali lebih tinggi tertular Covid-19 daripada populasi umum.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi dokter pakai APD, operasi. (Pexels/Gustavo Fring)
Ilustrasi dokter pakai APD, operasi. (Pexels/Gustavo Fring)

Himedik.com - Alat pelindung diri (APD) yang dipakai oleh dokter dan petugas kesehatan lain dalam menangani pasien Covid-19 ternyata tidak cukup melindungi dari penularan virus corona.

Sebuah penelitian baru menunjukkan pelindung diri seperti sarung tangan, baju hazmat, dan masker N95 yang memadai masih 3,4 kali berisiko tertular virus dibandingkan populasi umum.

Sementara itu, orang Amerika keturunan Afrika, Latin, dan petugas kesehatan minoritas lainya lima kali lebih mungkin terinfeksi Covid-19 daripada teman mereka yang berkulit putih, lapor peneliti.

"Sebanyak 20 persen lebih sedikit pekerja kesehatan garis depan melaporkan setidaknya mengalami satu gejala terkait infeksi Covid-19 dibandingkan 14,4 persen pada populasi umum. (Gejalanya seperti) kelelahan, kehilangan bau atau rasa, dan suara serak, ini sering terjadi," tulis peneliti, dilansir CNN.

Dalam studi ini, peneliti menggunakan aplikasi COVID Symptom Tracker untuk mempelajari data lebih dari 2 juta orang, termasuk hampir 100.000 pekerja kesehatan garis depan di Amerika Serikat dan Inggris antara 24 Maret hingga 23 April.

Ilustrasi dokter pakai APD, operasi. (Pexels/Anna Shvets)
Ilustrasi dokter pakai APD, operasi. (Pexels/Anna Shvets)

"Setelah memperhitungkan perbedaan dalam pengujian petugas kesehatan dibandingkan masyarakat umum, kami memperkirakan petugas garis depan (sekitar) 3,4 kali lebih mungkin terinfeksi Covid-19," lapor peneliti.

Penulis studi yang merupakan profesor di King's College London, Sebastien Ourselin, mengatakan data tersebut jelas menunjukkan bahwa masih ada peningkatan risiko infeksi SARS-CoV-2 meski memakai APD.

Studi sebelumnya juga menemukan bahwa 10 hingga 20 persen infeksi virus corona terjadi pada petgas kesehatan garis depan.

"Studi kami memberikan penilaian yang lebih tepat tentang besarnya peningkatan risiko infeksi di kalangan petugas kesehatan dibandingkan dengan masyarakat umum," kata penulis studi senior dan direktur epidemiologi kanker di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Dr. Andrew Chang.

Saat penelitian dilakukan, penyedia layanan kesehatan di AS dan Inggris mengalami kekurangan parah pada sarung tangan, baju hazmat dan masker. Penulis mengatakan hasil penelitian serupa mungkin berbeda sekarang.

Berita Terkait

Berita Terkini