Info

Mengenal Imposter Syndrome, Kondisi Mental yang Bikin Merasa Rendah Diri

Imposter syndrome membuat penderitanya merasa tak pantas mendapatkan pencapaian tertentu.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi imposter syndrome- (Pixabay/JerzyGorecki)
Ilustrasi imposter syndrome- (Pixabay/JerzyGorecki)

Himedik.com - Sering kali merasa tidak pantas, tidak layak, tidak kompenten atas apa yang Anda lakukan dan capai? Mungkin saja Anda mengidap Imposter Syndrome (IS) atau sindrom penipu.

Imposter syndrome atau yang juga disebut dengan fraud syndrome adalah kondisi psikologi yang sering kali dialami perempuan karir yang tengah memiliki pencapaian tertentu. 

Melansir dari Hello Sehat, imposter syndrome merupakan kondisi mental di mana seseorang merasa tidak pantas meraih kesuksesan atau pencapaian tertentu. 

Sindrom tersebut memang tidak masuk dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang berarti bukan termasuk gangguan jiwa. Meskipun begitu, imposter syndrome cukup umum dalam kehidupan masyarakat yang kadang disertai gejala gangguan kecemasan dan depresi. 

Dilansir dari Time, sindrom penipu pertama kali diidentifikasi pada tahun 1978 oleh psikolog Pauline Rose Clance dan Suzanne Imes.

Ilustrasi depresi
Ilustrasi depresi

Pakar imposter syndrome Valerie Young, menunjukkan bahwa ada pola diri yang nyatanya bisa membentuk imposter syndrome, salah satunya adalah orang yang perfeksionis. 

Orang yang perfeksionis menetapkan ekspektasi yang sangat tinggi pada diri mereka sendiri. Bahkan jika telah memenuhi 99 persen dari tujuannya, mereka tetap akan merasa gagal karena tidak mencapai 100 persen. 

Setiap kesalahan kecil juga akan membuat mereka mempertanyakan kompetensi mereka sendiri.

Sindrom ini juga sering kali menyerang orang yang merasa harus melakukan semuanya sendiri. Selain itu, orang yang merasa ingin sukses dan menunjukkan pembuktian juga banyak yang mengalami Imposter Syndrome. 

Menurut Hello Sehat, beberapa gejala orang yang mengalami imposter syndrome antara lain:

  • Gampang cemas
  • Tidak percaya diri
  • Frustasi atau depresi ketika gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan sendiri
  • Cenderung perfeksionis (menuntut kesempurnaan)

Berita Terkait

Berita Terkini