Info

Ibu Hamil Rentan Kena ISK, Ini yang Perlu Dilakukan Jika Tak Alami Gejala

Terkadang ibu hamil tidak mengalami gejala ISK sehingga harus diperiksakan sebelum terjadi komplikasi.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi ibu hamil (Unplash/@fomaolea)
Ilustrasi ibu hamil (Unplash/@fomaolea)

Himedik.com - Ibu hamil paling rentan dengan infeksi saluran kemih (ISK). Infeksi ini memengaruhi hingga 10% perempuan hamil, yang utamanya disebabkan oleh perubahan hormon.

"Jika Anda hamil dan merasa menderita ISK, Anda harus berbicara dengan dokter," kata Kristyn M. Brandi, MD, MPH, Asisten Profesor Kebidanan, Ginekologi, dan Kesehatan Reproduksi di Sekolah Kedokteran Rutgers New Jersey.

Meski mudah diobati, infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi. Namun, tidak semua orang akan mengalami gejalanya.

Faktanya, bakteriuria asimtomatik atau terdeteksinya sejumlah bakteri pada urine tapi tidak menunjukkan gejala terjadi pada sekitar 2% hingga 7% kehamilan.

"Itulah mengapa pemeriksaan rutin diperlukan," imbuh Monique Rainford, MD , Kepala Obstetri dan Ginekologi di Yale Health, dilansir dari Insider.

Ilustrasi ibu hamil. [Shutterstock]
Ilustrasi ibu hamil. [Shutterstock]

Rainford merekomendasikan ibu hamil untuk menjalani kultur urine, metode pemeriksaan untuk mendeteksi adanya bakteri di dalam urine sebagai tanda ISK, pada penderita bakteriuria asimtomatik.

Para ahli merekomendasikan skrining tidak hanya pada kunjungan pranatal pertama, tetapi juga selama trimester kedua dan ketiga.

Tetapi, bagi Anda yang masih menduga-duga apa gejala dari ISK, berikut beberapa di antaranya:

  • Disuria, nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil
  • Urgensi kencing, kebutuhan mendesak untuk sering buang air kecil
  • Urine keruh
  • Hematuria, adanya darah dalam urine
  • Nyeri perut, merasakan tekanan yang tidak nyaman di dalam atau di dekat daerah perut bagian bawah

ISK sangat umum terjadi pada ibu hamil lantaran tubuh mereka mengalami banyak perubahan fisiologis selama kehamilan, seperti pelebaran ureter, penurunan konsentrasi urine, peningkatan volume kandung kemih, dan penurunan tonus ureter dan kandung kemih.

Perubahan tersebut menurunkan kemampuan saluran kemih melawan bakteri, sehingga meningkatkan risiko ISK.

Berita Terkait

Berita Terkini