Info

Dikenal Lebih Menular, Strain Baru Virus Corona Pengaruhi Perbedaan Gejala?

Strain baru virus corona dikenal lebih menular dari strain sebelumnya.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi penyebaran virus corona. (Shutterstock)
Ilustrasi penyebaran virus corona. (Shutterstock)

Himedik.com - Strain virus corona baru yang diberi nama SARS-CoV-2 VUI 202012/01 disebut lebih menular daripada strain-strain sebelumnya.

Melansir dari Independent, varian tersebut sekarang diyakini sebagai strain dominan yang menginfeksi di Inggris. Meskipun tidak menyebabkan penyakit yang lebih serius, Pemerintah Inggris mengatakan strain tersebut 70 persen lebih dapat menular.

“Memang memiliki keunggulan transmisi dibandingkan varian virus lain yang saat ini ada di Inggris," kata Peter Horby, ketua New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (Nervtag).

Dengan kemampuannya yang lebih menular, banyak yang bertanya apakaih strain ini berpengaruh pada masa timbulnya gejala?

Dalam hal ini, Pemerintah Inggris masih mengatakan di laman resminya bahwa gejala dapat memakan waktu hingga 10 hari untuk muncul sejak kontak terakhir dengan orang positif Covid-19. Anda juga dapat menularkan dua hari sebelum sebelum mengalami gejala. Artinya tidak ada perubahan lamanya gejala pada strain baru

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lebih sepesifik menyatakan bahwa seseorang bisa mengalami gejala sekitar 5 hingga 6 haru setelah terinfeksi. Kondisi ini juga dapat memakan waktu hingga 14 hari.

Pakar medis mengatakan tidak ada alasan untuk percaya bahwa varian ini akan menyebabkan hasil yang berbeda dalam hal gejala atau bagaimana penyakit berkembang.

Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)
Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)

National Health Service (NHS) Inggris mengatakan ada tiga gejala utama Covid-19, terasuk pada strain baru yakni suhu tinggi, batuk terus menerus, dan hilangnya atau perubahan indra penciuman dan perasa.

“Kebanyakan orang dengan virus corona memiliki setidaknya satu dari gejala ini,” ujar Sir Patrick Vallance seorang dokter Inggris, ilmuwan, dan farmakolog klinis yang juga Kepala Penasihat Ilmiah untuk Pemerintah Inggris.

Berita Terkait

Berita Terkini