Info

Pola Makan Sehat dan Berbasis Nabati Lebih Menjaga Kesehatan Usus Kita

Pola makan sehat dan nabati berkaitan dengan keberadaan dan kelimpahan mikroba usus tertentu.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi kesehatan usus - (Pixabay/Elionas2)
Ilustrasi kesehatan usus - (Pixabay/Elionas2)

Himedik.com - Segala sesuatu yang kita makan berkaitan dengan mikroba di usus kita. Inilah pentingnya menjaga pola makan sehat.

Sebuah studi berskala internasional melaporkan pola makan sehat dan nabati berkaitan dengan keberadaan dan kelimpahan mikroba usus tertentu, yang berhubungan dengan risiko obesitas, diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular yang lebih rendah.

Studi ini dinamai Personalised Responses to Dietary Composition Trial 1 (PREDICT 1), sebuah kolaborasi internasional untuk mempelajari hubungan antara pola makan, mikrobioma, dan biomarker kesehatan dardiometabolik.

"Mempelajari hubungan timbal balik antara mikrobioma, pola makan dan penyakit, melibatkan banyak variabel karena pola makan masyarakat cenderung dipersonalisasi dan dapat berubah seiring waktu," jelas penulis studi, Andrew T. Chan, MD, MPH, ahli gastroenterologi, kepala Unit Epidemiologi Klinis dan Terjemahan di RSU Massachusetts (MGH).

Dalam studi metagenomik PREDICT 1, peneliti melibatkan 1.098 perserta di Inggris dan AS. Mereka mengumpulkan data urutan mikrobioma, informasi pola makan jangka panjang, dan hasil dari ratusan penanda darah kardiometabolik.

Ilustrasi kesehatan usus besar. (Shutterstock)
Ilustrasi kesehatan usus besar. (Shutterstock)

Medical Xpress melaporkan peneliti menemukan peserta yang makan makanan nabati sehat lebih mungkin memiliki mikroba usus spesifik yang lebih tinggi.

Misalnya, orang yang memiliki mikrobioma dengan spesies Prevotella copri dan Blastocystis tinggi dikaitkan dengan pertahanan tingkat gula darah yang baik setelah makan.

Sedangkan spesies lainnya dapat berkaitan dengan penurunan kadar lemak darah setela makanan dan menjadi biomarker peradangan.

Mereka juga menemukan adanya biomarker obesitas berdasarkan mikrobioma di usus serta penanda penyakit kardiovaskular dan gangguan toleransi glukosa.

Peneliti percaya penemuan ini dapat digunakan untuk menentukan risiko penyakit kardiometabolik pada orang yang belum memiliki gejala, dan dijadikan pedoman dalam meresepkan pola makan jangka panjang demi meningkatkan kesehatan orang tersebut. Studi ini terbit dalam jurnal Nature Medicine pada Senin (11/1/2021).

Berita Terkait

Berita Terkini