Info

Studi Temukan Batuk 10 Kali Lebih Berisiko Tularkan Virus Corona Covid-19

Sebuah studi baru menemukan bahwa batuk justru lebih berisiko menularkan virus corona Covid-19 dibandingkan bersin dan berbicara.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi pria batuk. (Shutterstock)
Ilustrasi pria batuk. (Shutterstock)

Himedik.com - Penularan virus corona Covid-19 terjadi ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin maupun berbicara. Tapi, penelitian baru menemukan batuk justru 10 kali lebih berisiko menyebarkan virus corona Covid-19 dibandingkan lainnya.

Para ilmuwan mengatakan penelitian ini mungkin menjelaskan penyebab banyak pekerja National Health Service (NHS) terinfeksi virus corona dan berisiko lebih besar terinfeksi penyakit tersebut.

Data terbaru menjelaskan penyebab staf NHS mungkin terserang virus corona Covid-19. Pekerja rumah sakit empat kali lebih mungkin tertular Covid-19 daripada populasi umum.

Para ahli telah meminta APD dan ventilasi rumah sakit yang lebih baik sebagai hasil dari studi bersama oleh University of Bristol dan North Bristol NHS Trust.

Kualitas APD yang lebih tinggi, seperti masker respirator FFP3 yang perlu digunakan tim medis di bangsal ICU. Karena, perawatan medis yang membutuhkan tekanan saluran napas positif berkelanjutan (CPAD) untuk mendukung pernapasan pasien menghasilkan partikel virus dalam jumlah lebih besar.

Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)
Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)

Staf yang bekerja di area lain, seperti panti jompo dan operasi GP hanya perlu menggunakan masker bedah untuk melindungi mereka dari partikel besar virus corona Covid-19. Meski demikian, masker bedah hanya memberikan sedikit perlindungan untuk partikel kecil virus corona.

Penelitian baru yang belum ditinjau sejawat, menunjukkan risiko penularan virus corona Covid-19 akan lebih besar dari yang diperkirakan.

Dr James Dodd, konsultan pengobatan senior pernapasan di North Bristol Lung Centre dan University of Bristol, mengatakan CPAP tidak menghasilkan aerosol. Faktanya, aerosol berkurang dibandingkan dengan pernapasan normal dan berbicara.

"Batuk justru penghasil aerosol virus corona yang lebih banyak. Bahkan risikonya tampak jauh lebih besar dari yang diperkirakan," jelas Dr James Dood dikutip dari The Sun.

Rose Gallagher, dari Royal College of Nursing, mengatakan penelitian ini memberikan dukungan pada perlindungan lebih besar untuk petugas kesehatan di rumah sakit.

Sebab, setidaknya 883 petugas kesehatan dan perawatan meninggal dunia karena virus corona Covid-19 antara Maret hingga Desember 2020 di Inggris dan Wales.

Terkait dengan varian baru virus corona Covid-19, pemeriksaan komprehensif memang diperlukan dan rekomendasi APD yang lebih baik juga sangat sesuai.

Berita Terkait

Berita Terkini