Info

Tak Perlu Takut untuk Memanaskan Sayur Bayam, Ketahui Faktanya!

Mitosnya, memanaskan kembali sayur bayam dapat mengubahnya menjadi racun.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Memanaskan sayur bayam (pexels)
Memanaskan sayur bayam (pexels)

Himedik.com - Mitos memanaskan kembali sayur bayam dapat berubah menjadi racun masih banyak dipercaya masyarakat kita. Terutama pada ibu rumah tangga.

Menurut mitos ini, memanaskan kembali bayam dapat mengubah nitrat yang ada di dalam sayuran tersebut berubah menjadi racun.

Saat dipanaskan, nitrat mulai terurai dan menjadi nitrit, yang kemudian diubah menjadi nitrosamin. Nitrit ini dapat memengaruhi asupan oksigen dan nitrosamin dikenal sebagai karsinogen, zat yang dapat menumbuhkan sel kanker.

Tapi, klaim-klaim tersebut tidak benar. Menurut laman Foods Guy, nitrat merupakan atom nitrogen tinggal dengan tiga atom oksigen terikat. Ketika kita makan nitrat alami, proses pencernaan memecahnya dan menghilangkan satu atom oksigen dan menciptakan nitrit.

Sayur bayam (Pixabay/Showmeyourflowers)
Sayur bayam (Pixabay/Showmeyourflowers)

Tetapi, sebagian besar nitrit tidak berbahaya dan sangat bagus dalam mencegah botulisme.

Ketika nitrat terkena panas tinggi atau bakteri di usus, zat tersebut akan terurai. Jika kehilangan satu molekul oksigen lagi ke bakteri usus, itu menjadi Nitric Oxide yang sangat baik untuk tubuh karena membantu mengirimkan sinyal penting untuk mengatur tekanan darah.

Tetapi memang, panas yang tinggi dapat mengubah seluruh senyawa kimia mengubahnya menjadi karsinogen. Inilah asal mitos.

Sementara itu, nitrosamin biasanya ditemukan dalam daging yang diawetkan, kosmetik, produk tembakau, hingga kondom.

Jika Anda sering mengonsumsi antioksidan, yang umumnya berasal dari sayuran berdaun hijau, kandungan ini akan mencegah nitrat berubah menjadi nitrosamin.

Hanya panas sangat tinggi yang akan mengubah nitrat alami menjadi nitrosamin. Jadi, panaskan bayam dengan api sedang dan secara perlahan.

Satu-satunya dampak buruk dari memanaskan kembali makanan adalah penurunan kandungan gizi makanan tersebut.

Berita Terkait

Berita Terkini