Himedik.com - Pendapatan tinggi meningkatkan kepercaya dirian namun tidak membuat seseorang lebih toleran. Hal ini dinyatakan dalam sebuah studi yang diterbitkan pada American Psychological Association.
Melansir dari Mdlinx, data studi tersebut diambil dari 162 negara yang memprediksi bahwa pendapatan yang lebih tinggi berefek pada kepercayaan diri dan tekad. Sementara pendapatan yang lebih rendah memiliki efek sebaliknya di mana terkait dengan emosi harga diri yang negatif seperti kesedihan, ketakutan, dan rasa malu.
Baca Juga
Lebih Baik untuk Kesehatan, Ketahui Keunggulan Susu Sapi A2 Dibanding A1
Pasien Rheumatoid Harus Suntik Vaksin Covid-19 Lebih Awal, Ini Kata Ahli!
Studi: Kematian Covid-19 Mayoritas dari Negara dengan Angka Obesitas Tinggi
Studi: Konsumsi Makanan Tinggi Lemak Bisa Memicu Masalah Kesehatan Jantung
Dokter: Sunat Laser Tingkatkan Risiko Cedera hingga Kepala Penis Terpotong
Temuan Baru, Vaksin Covid-19 juga Bisa Lawan Kanker dan Alzheimer
"Efek pendapatan pada kesejahteraan emosional kita tidak boleh diremehkan," kata pemimpin peneliti Eddie M.W. Tong, PhD, seorang profesor psikologi di National University of Singapore.
"Memiliki lebih banyak uang dapat menginspirasi kepercayaan dan tekad sementara penghasilan lebih sedikit dikaitkan dengan kesuraman dan kecemasan," imbuhnya.
Para peneliti melakukan analisis independen dan meta-analisis dari lima penelitian sebelumnya yang mencakup survei terhadap lebih dari 1,6 juta orang di 162 negara. Analisis tersebut juga memasukkan kategori emosi yang dirasakan orang tentang orang lain, seperti cinta, kemarahan, atau kasih sayang.
Tidak seperti emosi harga diri, studi tersebut tidak menemukan hubungan yang konsisten antara tingkat pendapatan dan bagaimana perasaan orang tentang orang lain.
"Memiliki lebih banyak uang tidak selalu membuat seseorang lebih berbelas kasih dan bersyukur, kekayaan yang lebih besar mungkin tidak berkontribusi untuk membangun masyarakat yang lebih peduli dan toleran," kata Tong.
Temuan dari penelitian ini bersifat korelasional, sehingga penelitian tidak dapat membuktikan sebab akibat. "Kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan rata-rata orang dan meningkatkan ekonomi dapat berkontribusi pada kesejahteraan emosional individu," kata Tong.
"Namun, itu tidak serta merta berkontribusi pada pengalaman emosional yang penting bagi keharmonisan masyarakat," imbuhnya.