Info

Kualitas Udara Buruk, Begini Gambaran Dampak Perubahan Iklim pada 2050

Ilmuwan lingkungan menggambarkan kondisi bumi pada 2050 jika perubahan iklim tidak diatasi dari sekarang.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi anak memakai masker. (Shutterstock)
Ilustrasi anak memakai masker. (Shutterstock)

Himedik.com - Perubahan iklim yang sudah mulai terjadi seiring waktu akan makin mambahayakan kehidupan makhluk hidup di bumi. Ilmuwan telah membuat skenario terburuk dari perubahan iklim, yakni yang mungkin terjadi pada 2050 mendatang.

Udara tercemar, membuat kita semua batuk. Kita harus memeriksa kualitas udara terlebih dahulu sebelum membuka jendela.

Saat pergi keluar, mata akan berair dan kita harus memakai masker setiap hari. Jika hari sedang buruk, kita harus memakai masker berteknologi tinggi, itu pun jika mampu membelinya.

Tergantung tempat tinggal, suhu bisa mencapai 60 derajat Celcius selama lebih dari sebulan setiap tahun. Di toilet umum, kita harus membayar mahal hanya untuk mengganti air.

Ada beban mental untuk hidup di dunia yang terasa seperti rintangan berbahaya. Orang-orang merasa putus asa dan membenci generasi sebelumnya karena kurangnya tindakan pencegahan.

Gambaran perubahan iklim (Instagram/wmo_omm)
Gambaran perubahan iklim (Instagram/wmo_omm)

Skenario kasus terburuk ini adalah bagaimana kehidupan akan terjadi jika tidak ada kemajuan yang dibuat dalam memperlambat efek rumah kaca untuk mengurangi perubahan iklim, menurut Christiana Figueres dan Tom Rivett-Carnac dalam bukunya berjudul "The Future We Choose: The Stubborn Optimist’s Guide to the Climate Crisis".

Untuk menghindari masa depan seperti itu, Figueres dan Rivett-Carnac, dua arsitek utama Perjanjian Paris, mengatakan dunia harus memangkas setengah emisi gas rumah kaca setiap 10 tahun.

"Jadi pengurangan 50 persen pada 2030, 50 persen lagi pada 2040, 50 persen lagi pada 2050," kata Rivett-Carnac, dilansir CNBC.

Apabila hal itu dilakukan, masa depan pada 2050 akan menjadi sangat berbeda.

"Jika kita dapat mendekarbonisasi ekonomi kita dengan cepat, mendekati nol pada pertengahan abad, kita dapat memelihara planet yang layak huni dan ekonomi yang dinamis pada saat yang sama," ujar Michael E. Mann, profesor ilmu atmosfer di Penn State.

Di masa depan, tulis Figueres dan Rivett-Carnac, jalan-jalan kota akan memiliki lebih banyak pohon dan lebih sedikit mobil.

Dibandingkan menggunakan bahan bakar fosil, banyak negara akan mengandalkan energi terbarukan, seperti angin, matahari, panas bumi, dan hidro. Sementara kecerdasan buatan dalam mesin dan peralatan akan membuatnya lebih hemat energi.

"Udara akan menjadi lebih bersih daripada sebelum Revolusi Industri," tulis rekan penulis.

Orang-orang di masa depan juga tidak akan makan daging atau susu. Bahkan, generasi mendatang tidak akan percaya bahwa generasi sebelumnya biasa membunuh hewan untuk dimakan.

Manusia akan makan produk yang bersumber secara lokal dari pertanian daripada berbelanja di toko grosir besar.

"Di mana semuanya harus dikirim dari tempat yang jauh untuk sampai ke toko," tulis Figueres dan Rivett-Carnac.

"Masa depan kita tidak tertulis. Itu akan dibentuk oleh siapa yang kita pilih sekarang," pungkas mereka.

Berita Terkait

Berita Terkini