Himedik.com - Kekhawatiran global terhadap virus corona varian Delta belum usai. Kini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan varian virus corona jenis baru yang disebut varian Lambda.
WHO pun menetapkan virus corona varian Lambda ini sebagai varian yang menarik atau variant of interest (VOI). Meskipun terdengar mengkhawatirkan, WHO mengatakan belum ada bukti bahwa varian Lambda ini bisa menimbulkan bahaya serius bagi kesehatan masyarakat.
Baca Juga
Berisiko, Tunda Suntik Filler 3 Minggu Sebelum dan Sesudah Vaksin Covid-19!
Hal yang Terjadi pada Tubuh Jika Jarang Jalan Kaki, Apa Saja?
4 Cara Menjaga Kesehatan Jantung Usai Pulih dari Covid-19
Menurut Studi, Suplemen Penurun Berat Badan Tak Bekerja Sesuai Klaimnya
Tujuh Juta Anak di Indonesia Alami Stunting, Simak Tiga Tips Mencegahnya
Waspada, Rambut Beruban Bisa Terkait Penyakit Jantung
Sebelumnya, WHO mengatakan varian Lambda sebagai varian peringatan untuk dipantau dalam waktu yang cukup lama. Tapi berdasarkan informasi lebih lanjut, WHO menyatakan varian Lambda ini lebih cocok dengan definisi varian yang menarik (VOI).
Virus corona varian Lambda sendiri telah dikaitkan dengan tingkat substantif penularan komunitas di banyak negara, dengan peningkatan prevalensi dari waktu ke waktu bersamaan dengan peningkatan insiden Covid-19.
"Sampel sekuensing paling awal dilaporkan dari Peru pada Agustus 2020. Hingga 15 Juni 2021, lebih dari 1730 sekuens telah diunggah ke GISAID dari 29 negara/wilayah," kata WHO dikutip dari India Today.
WHO mengatakan peningkatan prevalensi virus corona varian Lambda telah dicatat terutama di Amerika Selatan di negara-negara, seperti Chili, Peru, Ekuador dan Argentina.
WHO juga mengatakan bahwa virus corona varian Lambda ini membawa sejumlah mutasi yang diduga implikasi fenotipik, seperti mutasi yang berpotensi meningkatkan penularan atau resistensi terhadap antibodi penetral.
"Hal ini ditandai dengan mutasi pada protein lonjakan, termasuk G75V, T76I, del247/253, L452Q, F490S, D614G dan T859N," kata WHO.
Meski begitu, WHO kembali menegaskan bahwa bukti mengenai virus corona varian Lambda ini masih terbatas, terutama mengenai dampaknya terkait dengan perubahan genom tersebut.
Maka, studi lebih lanjut mengenai dampak fenotipik diperlukan untuk memahami tindakan pencegahan dan mengendalikan penyebaran.