Info

Kebiasaan Makan Sehat Picu Orthorexia, Kok Bisa?

Terlalu obsesi terhadap kebiasaan makan sehat bisa memicu masalah psikologis.

Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi makan sehat. (Arkadia Digital Media/Ema Rohimah)
Ilustrasi makan sehat. (Arkadia Digital Media/Ema Rohimah)

Himedik.com - Jalani pola makan sehat memang suatu keharusan untuk menjaga kesehatan tubuh. Saat ini pun sudah banyak pilihan makanan sehat yang menjadi trend gaya hidup.

Tetapi, tidak semua makanan sehat itu baik dikonsumsi. Bahkan Anda mungkin berpikir sangat mustahil makanan sehat bisa menyebabkan penyakit.

Faktanya dilansir dari Times of India, ada banyak gangguan obsesif-kompulsif yang terkait dengan kebiasaan makan, salah satunya orthorexia.

Orthorexia juga dikenal sebagai orthorexia nervosa, yakni jenis gangguan makan yang ditandai dengan fiksasi berlebihan dengan kebiasaan makan sehat.

Tak seperti gangguan makan lainnya, sebagian besar kasus orthorexia ini berkaitan dengan kualitas makanan daripada kuantitas makanan. Orang dengan gangguan ini biasanya tak perlu khawatir dengan kondisi kesehatan fisiknya, karena mereka memang mengonsumsi makanan kualitas paling murni.

Ilustrasi Makan Sehat. (Shutterstock)
Ilustrasi Makan Sehat. (Shutterstock)

Meski begitu, para peneliti dan dokter mengatakan ada beberapa gejala orthorexia yang perlu diwaspadai, termasuk membaca daftar bahan dan label fakta gizi dari makanan yang ingin dikonsumsi secara kompulsif, menghilangkan semakin banyak item atau kategori makanan, cemas ketika ada makanan sehat yang tidak bisa diakses.

Namun, bukan berarti semua orang yang menjalani diet atau pola makan sehat akan berisiko mengalami orthorexia. Ketika suatu kebiasaan menjadi terpaku dan obsesif, hal itu bisa menjadi penyebab kekhawatiran.

Walaupun orthorexia ini tak terlalu mengkhawatirkan, tapi kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi secara fisik, mental dan sosial. Penderita bisa mengalami malnutrisi, anemia dan detak jantung yang sangat lambat karena kurangnya nutrisi yang dibutuhkan.

Malnutrisi parah bisa menyebabkan masalah pencernaan, ketidakseimbangan elektrolit dan hormonal, asidosis metabolik dan masalah kesehatan tulang.

Pada waktu bersamaan, seseorang mungkin menghadapi efek psikologis yang sangat besar, seperti kurang fokus dan kehilangan minat pada aktivitas sosial.

Berita Terkait

Berita Terkini