Info

Tes Darah Bisa Bantu Deteksi Risiko Pasien Alami Long Covid-19

Para ilmuwan menemukan cara untuk mendeteksi pasien yang berisiko mengalami Long Covid-19.

Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi Long covid-19, pasien virus corona Covid-19 (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)
Ilustrasi Long covid-19, pasien virus corona Covid-19 (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)

Himedik.com - Penelitian terbaru menemukan tes darah yang bisa membantu mendeteksi pasien virus corona Covid-19 berisiko mengalami Long Covid-19 dalam beberapa bulan setelah sembuh atau tidak.

Sebelumnya, para ilmuwan melihat pola penyimpangan pada pasien virus corona dengan kondisi yang melemahkan. Peneliti Imperial College London menemukan antibodi jahat dalam darah orang yang menderita Long Covid-19.

Danny Altmann, seorang profesor imunologi di Imperial, mengatakan ada prediksi bahwa 100.000 infeksi virus corona baru sehari sama dengan 10.000 hingga 20.000 kasus Long Covid-19 sehari, terutama pada orang yang masih muda.

Kemudian dilansir dari The Sun, para ahli pun mencoba mengambil sampel darah dari pasien virus corona Covid-19 dan orang sehat yang belum pernah terinfeksi virus corona Covid-19.

Mereka menemukan antibodi yang berbeda dalam darah menandakan perbedaan antara mereka yang pulih dari virus corona Covid-19 dan mereka yang mengembangkan Long Covid-19 dalam waktu lama.

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

Mereka menemukan autoantibodi yang menyerang jaringan sehat secara tak sengaja dan terus menyebabkan kerusakan, bukan antibodi yang melawan infeksi.

Sekretaris pemerintah Inggris, Kwasi Kwarteng mengatakan sekarang ini tercatat sebanyak 5 ribu orang di negaranya terinfeksi virus corona setiap hari, karena kasus yang melonjak pada akhir musim panas.

Tapi, ia tetap bersikeras bahwa Inggris sudah bisa melonggarkan aturan pembatasan sosial. Pemerintah Inggris memiliki keyakinan bahwa suntikan vaksin Covid-19 bisa melindungi populasi.

Padahal, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kondisi itu bisa membawa Inggris dalam tekanan yang lebih besar akibat virus corona Covid-19, terutama pada kaum muda.

Mereka juga menjelaskan bahwa gejala Long Covid-19 nampaknya tidak terkait dengan seberapa parah pasien terinfeksi virus corona pertama kalinya.

Karena, pasien virus corona masih bisa mengalami Long Covid-19 jika kondisinya bugar, sehat dan tak terlalu parah ketika terinfeksi virus corona pertama kali.

Meskipun, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang menderita Long Covid-19, termasuk wanita usia 35 hingga 69 tahun, orang obesitas dan memiliki masalah kesehatan mental, serta orang yang tinggal di lingkungan tak memadai dan bekerja di pusat layanan kesehatan.

Adapun gejala Long Covid-19, biasanya menyerupai kelelahan, demam tinggi, diare, rambut rontok, nyeri dada, insomnia, halusinasi, disorientasi, masalah kognitif, masalah pernapasan, nyeri otot atau tubuh, muntah, detak jantung lebih dari 100 detak per menit dan masalah irama jantung.

Berita Terkait

Berita Terkini