Info

Bulu Hidung Bisa Jadi Filter, Mampukah Bantu Mencegah Virus?

Bisakah kelebatan bulu hidung membantu menetralisir virus, simak kata ahli berikut.

Fita Nofiana

Ilustrasi bulu hidung. (Shutterstock)
Ilustrasi bulu hidung. (Shutterstock)

Himedik.com - Bulu hidung memang bisa dikenal sebagai filter di mana butiran debu yang agak besar bisa terperangkap di sana. Lalu bisakah bulu hidung melindungi dari virus, bakteri, dan patogen lainnya di udara?

Melansir dari India Express, bagian dalam dari sebagian besar rongga hidung normal adalah aseptik sempurna (steril). Di sisi lain, vestibulum nares (lubang hidung), vibrissae yang melapisinya, dan semua krusta yang terbentuk di sana umumnya dipenuhi bakteri. 

Kedua fakta ini tampaknya menunjukkan bahwa vibrissae dari bulu hidung bertindak sebagai filter dan bahwa sejumlah besar mikroba berhenti di rambut yang lembap.

Pada tahun 2011 kepadatan rambut hidung dipelajari secara ketat sebagai kemungkinan korelasi penyakit. Dalam sebuah penelitian terhadap 233 pasien yang diterbitkan dalam International Archives of Allergy and Immunology, tim peneliti dari Turki menemukan bahwa orang dengan bulu hidung yang lebih lebat cenderung tidak menderita asma. 

Para peneliti menghubungkan temuan ini dengan fungsi penyaringan rambut hidung. Namun meski pengamatan mereka menarik, tetapi itu adalah penelitian observasional yang tidak dapat membuktikan sebab dan akibat, dan asma bukanlah infeksi virus. 

Para peneliti juga tidak melakukan studi lanjutan untuk menilai bagaimana memangkas bulu hidung dapat mempengaruhi risiko asma atau infeksi.


Butuh waktu hingga tahun 2015 bagi para dokter di Mayo Clinic untuk melakukan studi pertama untuk melihat efek pemangkasan bulu hidung. Para peneliti mengukur aliran udara hidung pada 30 pasien sebelum dan sesudah memotong bulu hidung mereka dan menemukan bahwa pemangkasan menyebabkan perbaikan dalam ukuran subjektif dan objektif aliran udara hidung. 

Peningkatan terbesar terjadi pada mereka yang memiliki bulu hidung paling banyak. Hasilnya dipublikasikan di American Journal of Rhinology and Allergy.

Sekali lagi, kesimpulan yang menarik, tetapi apakah aliran udara hidung yang lebih baik berkorelasi dengan risiko infeksi yang lebih tinggi?

“Saya dapat mengetahui apakah mereka baru saja pulang kerja dengan debu putih yang terperangkap di bulu hidung mereka. Tapi itu adalah partikel yang lebih besar yang terjebak di bulu hidung," kata Dr. David Stoddard, penulis utama studi Mayo Clinic. 

"Sementara virus jauh lebih kecil. Mereka sangat kecil sehingga mereka mungkin akan melewati hidung dengan cara apapun. Saya tidak berpikir mencukur bulu hidung seseorang akan meningkatkan risiko infeksi pernapasan,” imbuhnya. 

Berdasarkan penelitian terbatas pada bulu hidung, tidak ada bukti bahwa memangkas atau mencukur bulu hidung meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan. Begitupun dengan bulu yang lebat juga tak berpengaruh pada infeksi. 

Berita Terkait

Berita Terkini