Info

Risiko Kematian Akibat Virus Marburg 88 Persen, Kenali Gejalanya!

Virus Marburg yang disebut sangat menular ini memiliki tingkat kematian 88 persen, sehingga perlu dikenali gejalanya.

Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi virus Marburg. (pixabay/qimono)
Ilustrasi virus Marburg. (pixabay/qimono)

Himedik.com - Baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi kasus kematian pertama akibat virus Marburg yang mirip virus Ebola di Afrika Barat.

Virus Marburg salah satu virus yang berasal drai keluarga Filovirus, yang mana sama seperti virus Ebola. Bedanya, kedua penyakit ini disebabkan oleh virus yang berbeda.

Meski begitu, virus Marburg memiliki gejala yang hampir serupa dengan virus Ebola. Berikut ini dilansir dari Express, beberapa gejala virus Marburg.

  1. Demam
  2. Sakit kepala
  3. Kelelahan
  4. Sakit dan nyeri otot
  5. Diare berair yang parah
  6. Sakit perut dan kram
  7. Mual dan muntah
  8. Ruam
Ilustrasi virus Marburg (shutterstock)
Ilustrasi virus Marburg (shutterstock)

Mulanya, virus Marburg dan virus Ebola akan menimbulkan gejala seperti flu. Kemudian, gejala ini akan berkembang cepat menjadi parah yang seringkali merupakan gejala hemoragik (pendarahan).

Virus Marburg maupun virus Ebola juga bisa menyebabkan demam berdarah, yang artinya kedua virus ini mengakibatkan pendarahan pada organ dalam tubuh. Pada kasus yang lebih buruk, darah pasien mungkin mulai merembes dari lubang atau tempat suntikan.

Perbedaan virus Marburg dan virus Ebola

Meskipun WHO menyatakan virus Marburg sangat menular dan tingkat risiko kematiannya 88 persen, tapi virus Marburg ini tidak lebih mematikan bila dibandingkan dengan virus Ebola. Tapi, belum diketahui jelas penyebab virus ini mengakibatkan pria asal Afrika itu meninggal dunia.

Saat ini memang tidak vaksin yang dikhususkan untuk melawan virus Marburg. Tapi, ada dua vaksin yang dilisensikan untuk digunakan di beberapa negara yang terserang virus Ebola.

Sedangkan, perawatan medis untuk virus Ebola maupun virus Marburg sama, yakni rehidrasi dengan cairan oral atau intravena. Selain itu, dokter mungkin memberikan pengobatan medis yang membantu pembekuan darah.

Berita Terkait

Berita Terkini