Info

Prediksi WHO: Pengidap Demensia di Dunia Bisa Bertambah hingga 139 Juta

Demensia atau kepikunan disebabkan oleh berbagai penyakit dan cedera yang memengaruhi otak, seperti penyakit alzheimer atau stroke.

Yasinta Rahmawati

Ilustrasi lupa. (unsplash)
Ilustrasi lupa. (unsplash)

Himedik.com - Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 55 juta orang hidup dengan demensia dan jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah setiap tahun. 

Jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi 78 juta pada 2030 dan terus semakin banyak hingga mencapai 139 juta orang pada 2050.

Demensia atau kepikunan disebabkan oleh berbagai penyakit dan cedera yang memengaruhi otak, seperti penyakit alzheimer atau stroke. Kondisi itu memengaruhi memori dan fungsi kognitif lainnya, serta kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari. 

Sementara biaya untuk pengobatan demensia sendiri tidak murah. WHO mencatat, pada 2019, biaya global demensia diperkirakan mencapai US$1,3 triliun. Biaya itu diperkirakan akan meningkat menjadi US$1,7 triliun pada tahun 2030. Bahkan mencapai US$2,8 triliun jika dengan kenaikan biaya perawatan.

"Demensia merampas jutaan ingatan, kemandirian. Juga merampas orang-orang yang kita kenal dan cintai," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, dikutip dari situs resmi WHO.

Tedros menekankan, diperlukan lebih banyak dukungan, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Perawatan yang diperlukan untuk orang dengan demensia meliputi perawatan kesehatan primer, perawatan spesialis, layanan berbasis komunitas, rehabilitasi, perawatan jangka panjang, dan perawatan paliatif. 

Sementara sebagian besar negara (89 persen di antaranya) yang melaporkan ke Observatorium Demensia Global WHO mengatakan bahwa mereka menyediakan beberapa layanan berbasis komunitas untuk demensia. 

Namun, penyediaan lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan tinggi daripada di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, kata WHO.

Obat untuk demensia, produk kebersihan, teknologi bantu dan penyesuaian rumah tangga, bagi pengidap demensia juga lebih mudah diakses di negara-negara berpenghasilan tinggi, dengan tingkat penggantian yang lebih besar, daripada di negara-negara berpenghasilan rendah.

(Suara.com/Lilis Varwati)

Berita Terkait

Berita Terkini