Info

Waspada Kebisingan dari Lalu Lintas Tingkatkan Risiko Demensia

Kebisingan lalu lintas disebut bisa meningkatkan risiko demensia di kemudian hari.

Fita Nofiana

Ilustrasi lalu lintas. (Pixabay/0532-2008)
Ilustrasi lalu lintas. (Pixabay/0532-2008)

Himedik.com - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa paparan polusi suara dari lalu lintas bisa meningkatkan risiko lebih tinggi terkena demensia. Penelitian terebut telah diterbitkan pada jurnal BMJ

Melansir dari Independent, para peneliti dari Denmark mempelajari paparan jangka panjang dari kebisingan lalu lintas jalan raya dan kebisingan kereta api.

Mereka mengaitkan dengan risiko demensia di antara dua juta orang dewasa berusia di atas 60 tahun dan tinggal di Denmark antara 2004 hingga 2017.

Peneliti menemukan bahwa 103.500 kasus baru demensia selama masa studi terjadi di antara orang yang tinggal dekat kebisingan. Mereka kemudian menggunakan register kesehatan nasional untuk mengidentifikasi kasus demensia selama rata-rata 8,5 tahun.

Penelitian ini memperkirakan bahwa pada tahun terakhir penelitian, 1.216 dari 8.475 kasus demensia yang terdaftar di Denmark pada 2017 dapat dikaitkan dengan paparan kebisingan.

Orang-orang yang terpapar kebisingan lalu lintas jalan 55 desibel ke atas, 27 persen lebih mungkin untuk mengembangkan Alzheimer, bentuk paling umum dari demensia. 

Kebisingan dari kereta api sebesar 50db dapat meningkatkan risiko sebesar 24 persen dibandingkan dengan orang yang tinggal di daerah dengan kebisingan kurang dari 40db.

Ilustrasi perkotaan (Shutterstock).
Ilustrasi perkotaan (Shutterstock).


“Studi epidemiologis secara konsisten menghubungkan kebisingan transportasi dengan berbagai penyakit dan kondisi kesehatan, seperti penyakit jantung koroner, obesitas, dan diabetes," ujar Penulis koresponden Dokterr Manuella Lech Cantuaria. 

“Mekanisme biologis yang diusulkan adalah reaksi yang diinduksi kebisingan, dengan aktivasi saraf otonom dan sistem endokrin (hormon) dan pelepasan hormon stres berikutnya, yang mempengaruhi beberapa fungsi fisiologis," imbuhnya. 

Paparan kebisingan di malam hari juga dapat menyebabkan gangguan tidur dan tidur yang terfragmentasi.

"Studi eksperimental telah menemukan hubungan antara kebisingan transportasi di malam hari dan disfungsi endotel, peningkatan stres oksidatif, perubahan dalam sistem kekebalan, dan peningkatan peradangan sistemik," ujar dokter Cantuaria. 

Penelitian sebelumnya juga telah mengaitkan kebisingan transportasi dengan berbagai penyakit dan kondisi kesehatan, seperti penyakit jantung koroner dan obesitas.

Berita Terkait

Berita Terkini