Info

Penelitian: Pil Khusus Covid-19 DIsebut Pangkas Kematian dan Keparahan

Percobaan menunjukkan bahwa pil untuk Covid-19 berpotensi memangkas risiko kematian.

Fita Nofiana

Ilustrasi obat Benadryl (Pexels)
Ilustrasi obat Benadryl (Pexels)

Himedik.com - Pembuat pil Covid-19 yakni Merck mengatakan bahwa pil mereja mengurangi rawat inap dan kematian. Hal ini dinyatakan oleh hasil eksperimen dari Merck yang diumumkan Jumat (1/10/2021).

Melansir dari Medical Xpress, jika diizinkan oleh otoritas obat, pil ini akan menjadi pil pertama yang untuk mengobati Covid-19. Ini bisa menjadi alternatif pengobatan yang mudah digunakan. 

Perusahaan mengatakan akan segera meminta pejabat kesehatan di seluruh dunia untuk mengesahkan penggunaan pil.

"Ini akan memungkinkan kita untuk merawat orang lebih banyak dan lebih cepat," kata Dr. William Schaffner, seorang ahli penyakit menular di Universitas Vanderbilt yang tidak terlibat dalam penelitian.

Merck dan mitranya RidGeBack Biotherapeutics mengatakan hasil awal menunjukkan pasien yang menerima obat, yakni molnupiravir dalam waktu lima hari dengan gejala covid-19 memiliki sekitar setengah dari tingkat rawat inap dan kematian.

Studi ini melacak 775 orang dewasa dengan Covid-19 yang ringan hingga sedang yang dianggap berisiko tinggi untuk penyakit parah. Para pasien mengalami masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes atau penyakit jantung. 

Ilustrasi pil. [Steve Buissinne/Pixabay]
Ilustrasi pil. [Steve Buissinne/Pixabay]


Di antara pasien yang menggunakan molnupiravir, 7,3 persen dirawat di rumah sakit atau meninggal pada akhir 30 hari, dibandingkan dengan 14,1 persen dari mereka yang mendapatkan pil kontrol. Setelah periode penelitian, tidak ada kematian di antara mereka yang menerima obat Merck.

Anthony Fauci, direktur NIH Amerika Serikat menyatakan bahwa hasil dari Merck adalah berita yang sangat baik.

Merck hanya mempelajari obatnya pada orang yang tidak divaksinasi. Tetapi Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dapat mempertimbangkan untuk mengesahkannya pada pengguna yang lebih luas pada pasien yang divaksinasi yang mendapatkan gejala Covid-19.

Berita Terkait

Berita Terkini