Info

Awas, Makanan Sehat Ini Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Prostat 70 Persen!

Ada makanan sehat yang bisa meningkatkan risiko kanker prostat tanpa disadari.

Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi kanker, kanker prostat (Pixabay/PDPics)
Ilustrasi kanker, kanker prostat (Pixabay/PDPics)

Himedik.com - Tubuh yang sehat membutuhkan asupan nutrisi yang lengkap, salah satunya dari mengonsumsi makanan sehat atau menjalani pola makan sehat.

Tapi, tak semua pedoman pola makan sehat itu bisa diikuti oleh semua orang. Salah satu makanan yang sering dianggap penuh nutrisi justru bisa meningkatkan risiko kanker prostat yang mematikan hingga 70 persen.

Banyak peneliti tidak yakin dengan penelitian yang mendukung pentingnya diet kolin dalam mencegah kanker. Bahkan, beberapa telah memperingatkan bahwa diet tertentu yang menekankan asupan telur bisa meningkatkan risiko kanker prostat yang agresif.

Asupan kolin lemak yang tidak memadai, yakni komponen kunci dari telur ini telah dikaitkan dengan risiko penyakit mematikan yang lebih tinggi.

Satu studi terhadap 47.896 pria menemukan bahwa asupan kolin tinggi meningkatkan risiko kanker prostat yang mematikan hingga 70 persen dibandingkan dengan pria yang asupan kolinnya lebih rendah.

Ilustrasi kanker prostat. (Elements Envato)
Ilustrasi kanker prostat. (Elements Envato)

Seseorang bisa memiliki asupan kolin yang lebih tinggi bila mendapatkannya sebanyak 500 mg per hari, yakni asupan kolin harian yang direkomendasikan pada pria. Di sisi lain, asupan kolin harian yang direkomendasikan pada wanita sebanyak 424 mg per hari.

Sumber makanan kolin lainnya termasuk daging, susu, dan unggas. Para peneliti dalam penelitian tersebut menjelaskan kolin sangat terkonsentrasi dalam sel kanker prostat dan konsentrasi kolin dalam darah telah dinyatakan dengan peningkatan kanker prostat.

Terlepas dari temuan yang mengkhawatirkan, kolin dianggap sebagai nutrisi penting. Karena itu asupan kolin yang cukup sangat direkomendasikan untuk kesehatan yang optimal.

Beberapa penelitian berpendapat bahwa nutrisi ini sangat penting untuk perkembangan kognitif. Sedangkan dilansir dari Express, asupan kolin yang rendah berkaitan dengan perkembangan perlemakan hati dan kerusakan hati.

Emma Derbyshire, baru-baru ini berpendapat dalam jurnal BMJ Nutrition, Prevention & Health, bahwa kekurangan kolin mungkin merupakan krisis kesehatan masyarakat yang muncul.

Tapi, makanan kaya kolin bukan satu-satunya makanan yang berkaitan dengan peningkatan risiko kanker prostat agresif yang lebih tinggi. Studi ini juga menunjukkan hubungan antara asupan lemak jenuh yang tinggi dan peningkaran risiko kanker prostat yang agresif.

Temuan ini telah menginformasikan bahwa konsumsi makanan nabati bisa menjadi makanan paling protektif terhadap penyakit mematikan. Dokter Bradley McGregor, seorang ahli onkologi dari Dana-Farber Cancer Institute yang berafiliasi dengan Harvard, mengatakan semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa pola makan nabati cukup melindungi diri dari risiko kanker.

"Tidak ada pola diet khusus untuk menurunkan risiko kanker prostat. Tapi, pola makan nabati bisa menurunkan risiko kanker prostat dan membantu memperlambat penyebarannya," kata Bradley McGregor dikutip dari Express.

Penelitian menunjukkan pola makan nabati bisa menjadi yang paling protektif, karena terdiri dari lebih sedikit makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh.

Konsumsi makanan dengan lemak jenuh berkaitan dengan jumlah kolesterol yang lebih tinggi dalam darah. Dalam hal ini, telur merupakan salah satu makanan dengan lemak jenuh.

Dalam satu penelitian, para peneliti mencatat asupan lemak jenuh total yang disesuaikan dengan lemak berkaitan dengan peningkatan agresivitas PC. Hubungan antara asupan kolesterol total yang disesuaikan dengan lemak dan agresivitas PC paling menonjol.

Diet tinggi lemak mengubah mikrobioma yang bisa menyebabkan aktivasi jalur pro-inflamasi.

Sementara itu, kanker prostat menempati urutan kedua setelah kanker kulit sebagai jenis kanker paling umum di kalangan pria. Keganasan kanker prostat ditandai dengan sel-sel abnormal yang tumbuh tidak terkendali dan membentuk tumor yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Berita Terkait

Berita Terkini