Info

Suntikan Booster Vaksin Pfizer Bisa Picu Limfadenopati, Apa Itu?

Efek samping suntikan booster vaksin Pfizer bisa berupa limfadenopati.

Shevinna Putti Anggraeni

Vaksin Covid-19, vaksin Pfizer. (Pixabay)
Vaksin Covid-19, vaksin Pfizer. (Pixabay)

Himedik.com - Formulasi dan tingkat kemanjuran suntikan booster vaksin Pfizer tidak jauh berbeda dengan dua dosis awal. Suntikan booster ini juga bisa menimbulkan sejumlah efek samping.

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), efek samping suntikan booster vaksin Pfizer termasuk muntah, diare, dan demam. Ada pula 3 efek samping yang paling sering terjadi dalam suntikan booster, termasuk nyeri di tempat suntikan, kelelahan dan sakit kepala.

Faktanya, laporan yang dikirim ke FDA pada 17 September 2021 menunjukkan bahwa 83 persen penderita suntikan booster vaksin Covid-19 mengaku merasakan sakit di area suntikan.

Sebanyak 63,7 persen orang mengaku mengalami kelelahan dan 48,4 orang mengalami sakit kepala sebagai efek samping suntikan booster vaksin Pfizer.

Tapi, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) efek samping yang lebih buruk setelah suntikan booster vaksin Pfizer. Salah satu efek samping yang tidak diinginkan ini berupa limfadenopati.

ilustrasi suntikan booster vaksin Pfizer. [Envato]
ilustrasi suntikan booster vaksin Pfizer. [Envato]

Limfadenopati terjadi di area lengan dan leher, yang biasanya muncul dalam 2 hingga 4 hari serelah seseorang mendapatkan suntikan booster vaksin Pfizer.

Limfadenopati ini juga dikenal sebagai pembengkakan kelenjar getah bening, yang biasanya berlangsung selama kurang lebih 10 hari. Selain limfadenopati, ada pula orang yang mengalami Bell's palsy atau kelumpuhan pada wajah sementara.

Sedangkan dilansir dari laman Express, efek samping suntikan booster vaksin Pfizer yang dianggap serius dan membutuhkan penanganan medis segera, termasuk:

  1. Infark miokard akut
  2. Serebrovaskular
  3. Radang usus buntu

Meskipun suntikan booster ini bisa menimbulkan sejumlah efek samping, manfaatnya dalam melindungi tubuh tetap tak diragukan. Khususnya, pada ornag yang berusia 50 tahun ke atas dan orang dengan riwayat kesehatan serius, sehingga rentan terinfeksi virus corona Covid-19.

Berita Terkait

Berita Terkini