Info

Bahaya Penyaluran Emosi Marah yang Salah, Begini Saran Psikolog

Bila penyaluran emosi sudah salah dan berujung menyakiti diri sendiri, penyaluran emosi lain bisa terjadi pada bunuh diri.

Yasinta Rahmawati

Ilustrasi mudah marah.
Ilustrasi mudah marah.

Himedik.com - Marah menjadi reaksi emosional yang wajar dirasakan tiap orang. Banyak hal yang bisa memicu seseorang marah, mulai dari stres berlebih, masalah keluarga, hingga masalah finansial.

Namun jika penyaluran emosi marah tidak dikelola dengan benar, dampaknya bisa berlebihan.

"Ada yang namanya Temper Tantrums, biasanya ketika seseorang marah mereka merasa tidak diperhatiin sama orang terdekat. Dan akhirnya dia menyalurkannya lewat mogok makan dan teriak-teriak," ujar Peer Counselor Psikologi & Mental Health Creator Niswah A. Yaqub, dalam acara Seni Mengelola Emosi, Minggu (19/9/2021) dikutip dari Suara.com---Jaringan Himedik.com.

Sementara itu, penyaluran emosi yang salah juga terjadi pada orang yang melakukan self harm, atau yang disebut dengan menyakiti diri sendiri. Menurut Niswah, self harm terjadi ketika seseorang tidak tahu harus melakukan apa dari rasa sedihnya. Sehingga cara yang bisa dilakukan adalah dengan menyilet dirinya sendiri.

"Kenapa seseorang memilih menyilet badannya? Kadang ada orang yang sudah sakit hatinya, bahkan tidak bisa melakukan apa-apa ketika sedih, akhirnya memilih menyilet sebagai bentuk rasa sakitnya," lanjutnya.

Marah bisa dibawa ke arah positif. (unsplash/@Christian Fregnan)
Ilustrasi marah. (unsplash/@Christian Fregnan)

"Ketika dia nyilet, itu bakalan terasa sakit banget. Jadi emosinya nyambung sama perasaan sakitnya. Dan setiap melakukan itu, itu mewakili emosinya," ungkap Niswah.

Bila penyaluran emosi sudah salah dan berujung menyakiti diri sendiri, penyaluran emosi lain bisa terjadi pada bunuh diri. Dia melanjutkan, jika bertemu orang yang memiliki emosi bermasalah dan menyakiti diri sendiri, perlu adanya empati dan mau jadi pendengar.

Tetapi, bila seseorang tidak mau menceritakan emosi negatifnya, ia menyarankan untuk tidak memaksa untuk bercerita. 

"Yang penting kita ada aja, temenin dia. Mungkin nggak bisa ya dalam satu hari ditemenin bakalan sembuh. Tapi yang penting itu kehadiran kita aja, itu sudah cukup," pungkasnya. 

Berita Terkait

Berita Terkini