Info

Inilah Jenis Masker yang Efektif Bagi Korban Erupsi Gunung Semeru

Masker bedah atau kain dinilai tidak melindungi korban erupsi Gunung Semeru dari abu vulkanik.

Rosiana Chozanah

Erupsi Gunung Semeru (Suara.com)
Erupsi Gunung Semeru (Suara.com)

Himedik.com - Erupsi Gunung Semeru memiliki dampak yang luas terhadap korban, termasuk kesehatan masyarakat sekitar. Menurut dokter sekaligus pengusaha dokter Tirta Mandira Hudhi, abu vulkanik yang terhisap dapat membahayakan paru-paru.

"Jadi misalkan, gunung meletus seperti ini, itu abu vulkanis itu sangat berbahaya kalau kehisap ke dalam pernapasan. Itu bisa menganggu sistem pernapasan, menjadi penumpukan abu di dalam paru-paru kita," ujar Tirta dalam unggahan video Instagram Story, Sabtu (4/12/2021).

Bahkan, abu tersebut dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Karenanya, para warga yang berada di sekitar Gunung Semeru perlu memakai masker KN95, yang memang khusus untuk menghalangi partikel debu.

"Itu masker yang digunakan itu gak bisa masker medis biasa, apalagi masker kain. Masker yang digunakan adalah masker KN95 yang memang untuk partikel debu," tambahnya.

Erupsi Gunung Semeru (Suara.com)
Erupsi Gunung Semeru (Suara.com)

Berdasarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), masker KN95 dapat menyaring 95% partikel berukuran 0,3 mikron atau lebih besar di udara. Masker ini menggunakan beberapa lapisan bahan sintetis untuk melindungi dari partikel luar.

Namun, beberapa penelitian juga merekomendasikan untuk memakai masker N95, yang mana memiliki sedikit perbedaan dengan KN95.

"Masker wajah paling efektif menyaring abu dan melindungi dari kesehatan pernapasan adalah masker industri N95," tulis peneliti yang terbit di Elrha.

Studi yang dipimpin oleh Profesor Calire Horwell dari Universitas Durham, Inggris, ini juga mengatakan bahwa masker bedah kurang efektif, terlebih jika tidak pas dengan wajah.

"Orang yang memakai masker bedah mungkin merasa aman, dan mengurangi tindakan perlindungan lainnya, sehingga berpotensi meningkatkan risiko kesehatan akibat menghirup abu," tandas peneliti.

Berita Terkait

Berita Terkini