Info

Beda dari Varian Lainnya, Batuk Kering Bisa Jadi Gejala Varian Omicron!

Batuk kering salah satu gejala varian Omicron yang berbeda dengan varian virus corona lainnya.

Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi lelaki batuk kering. (Shutterstock)
Ilustrasi lelaki batuk kering. (Shutterstock)

Himedik.com - Pada tahap awal ini, para ahli hanya menemukan bahwa gejala varian Omicron sedikit berbeda dengan varian virus corona lainnya.

Pasien di Afrika Selatan yang terinfeksi varian Omicron mengaku mengalami kelelahan ekstrim, nyeri otot ringan, tenggorokan gatal dan batuk kering.

Sedangkan, hanya segelintir pasien varian Omicron yang mengalami demam agak tinggi. Padahal sebelumnya, demam tinggi termasuk gejala umum virus corona.

Angelique Coetzee, ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, mengatakan dirinya telah melihat sekitar 30 pasien yang positif virus corona Covid-19 selama 10 hari terakhir, tapi mengalami gejala yang tidak biasa.

Adapun, tiga gejala varian Omicron lainnya yang terlihat berbeda dengan varian virus corona lainnya, yakni:

Ilustrasi virus Corona Covid-19, varian Omicron. (Dok. Envato)
Ilustrasi virus Corona Covid-19, varian Omicron. (Dok. Envato)
  1. Demam
  2. Keringat malam
  3. Sakit di sekujur tubuh

Karena varian Omicron ini lebih berisiko memicu batuk kering, Anda perlu memahami cara membedakan batuk kering akibat varian Omicron atau lainnya.

Secara umum dilansir dari Express, infeksi virus corona Covid-19 bisa membuat seseorang batuk kering karena paru-parunya sudah teriritasi.

Batuk kering ini termasuk gejala varian Omicron yang sulit dideteksi, karena kondisi ini bisa diperngaruhi oleh banyak faktor lainnya.

Sebuah laporan Februari 2020 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di China pertama kali menemukan sekitar 68 persen orang dengan virus corona Covid-19 mengembangkan batuk kering.

Batuk kering adalah kondisi ketika Anda batuk, tetapi tidak ada dahak atau lendir yang keluar.

Sedangkan, mialgia merupakan nyeri otot yang bisa mempengaruhi ligamen, tendon, fasia, jaringan lunak yang menghubungkan otot, tulang dan organ.

Menurut Dr Richard Watkins, dokter penyakit menular dan profesor penyakit dalam di Northeast Ohio Medical University, infeksi virus bisa menyebabkan nyeri otot sebagai efek samping tubuh yang berusaha mengaktifkan respons imun.

"Kondisi ini disebabkan oleh sel-sel sistem kekebalan yang melepaskan interleukin, yakni protein yang membantu dalam memerangi patogen yang menyerang," kata Dr Richard.

Varian Omicron mengandung sejumlah mutasi pada protein lonjakannya, yang berada di bagian luarnya. Melalui protein lonjakan pada lapisan luar virus itulah virus masuk ke dalam sel-sel tubuh.

Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sebagian besar kasus infeksi ringan biasanya tidak menyebabkan rawat inap dan kematian.

Tapi, bila ada varian baru virus corona yang lebih menular dibandingkan varian Delta, varian itu mungkin akan menginfeksi lebih banyak orang dan penularannya lebih luas.

Dalam hal ini, varian Omicron pun disebut lebih menular dibandingkan varian Delta. Terlebih, sudah ada 24 negara di seluruh dunia melaporkan kasus pertama varian Omicron tersebut.

Berita Terkait

Berita Terkini