Info

Telemedisin Penting, Terutama Bagi Penderita Penyakit Kronis Diabetes

Telemedisin berpotensi mendorong perkembangan kesehatan pasien.

Rosiana Chozanah

Ilustrasi dokter - (Pixabay/mufidpwt)
Ilustrasi dokter - (Pixabay/mufidpwt)

Himedik.com - International Diabetes Federation (IDF) mencatat jumlah pasien diabetes di Indonesia tahun ini mencapai 19.47 juta orang. Menempatkan Indonesia di posisi kelima sebagai negara dengan jumlah pengidap diabetes terbanyak.

Artinya, dibutuhkan kapasitas kesehatan yang memadai untuk masyarakat.

Namun, dalam Riset Kementerian Kesehatan 2020, Indonesia hanya memiliki sekitar 321.544 tempat tidur rumah sakit untuk melayani populasi sekitar 270 juta orang.

Kondisi tersebut membuat Good Doctor Technology Indonesia (Good Doctor) berinisiatif mempelopori studi percontohan dalam kerangka sketsa Program Layanan Penyakit Kronis (Prolanis). Studi ini bekerja sama dengan Lembaga Riset Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

"Studi percontohan ini merupakan komitmen Good Doctor untuk selalu mendorong sinergi berkelanjutan antara layanan telemedisin dengan proses transformasi sektor kesehatan Indonesia secara strategis," tutur Head of Medical, Adhiatma Gunawan, dalam webinar, Rabu (15/12/2021).

Webinar Telemedisin (Good Doctor)
Webinar Telemedisin (Good Doctor)

Adhiatma yakin telemedisin berpotensi mendorong perkembangan kesehatan pasien. Bahkan, teknologi tersebut dapat menekan serta mengurangi biaya perawatan kronis BPJS dalam jangka panjang.

"Kami berharap hasil studi percontohan ini dapat ditindaklanjuti oleh seluruh pemangku kepentingan dalam skala yang lebih besar," sambungnya.

Dalam studi ini, klinik BPJS offline mendapatkan dukungan dari penyedia telemedisin Good Doctor untuk mengukur efektivitas telekonsultasi dalam pemantauan glukosa darah pasien diabetes di klinik BPJS.

Dukungan meliputi pengingat otomatis secara reguler, kontak atau tindak lanjut secara reguler, konsultasi daring, dan informasi edukatif yang telah dikurasi.

Dalam kurun waktu tiga bulan, pasien mendapat pengingat dari platform telehealth untuk memeriksa dan mengukur glukosa darahnya.

Hasil studi menunjukkan bahwa pasien yang patuh selama masa observasi mengalami penurunan kadar glukosa darah secara signifikan.

"Penggunaan telekonsultasi dinilai meningkatkan kepatuhan pasien sehingga menjadi faktor utama keberhasilan pengelolaan penyakit kronis," imbuh Adhiatma.

Studi terbagi dalam dua fase, pertama dimulai dengan Focus Group Discussion (FGD) pada Desember 2020, dan fase kedua diteruskan dengan pengelompokan pada Januari hingga Juni 2021.

Riset ini dilakukan di beberapa klinik daerah Bekasi dan Depok dengan rentang usia peserta 24 hingga 79 tahun.

"Dari hasil uji ini, kami dapat melihat pentingnya peran strategis telemedisin dalam pengelolaan kesehatan. Karenanya, kami mendorong telemedisin untuk mendapat dukungan berupa regulasi menyeluruh, terutama dalam penanganan penyakit kronis," tutur Ketua Pengurus Besar IDI, Daeng M. Faqih.

Berita Terkait

Berita Terkini