Info

Ternyata Begini Proses Berhentinya Otak Ketika Seseorang Meninggal Dunia

Apa yang terjadi pada otak saat seseorang meninggal?

Rosiana Chozanah

Ilustrasi otak - (Pixabay/VSRao)
Ilustrasi otak - (Pixabay/VSRao)

Himedik.com - Peneliti akhirnya dapat mempelajari saat kematian otak menjadi ireversibel (tidak dapat dipulihkan) pada manusia untuk pertama kalinya di tahun 2018.

Mereka mengamati fenomena pada beberapa pasien Do Not Resuscitate (DNR) yang meninggal saat dirawat di rumah sakit.

Do Not Resuscitate (DNR) merupakan instruksi medis yang memberitahukan tenaga kesehatan untuk tidak melakukan CPR, sehingga dokter dan tenaga emergensi lainnya tidak akan melakukan tindakan bila pasien mengalami henti jantung atau pernapasan.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah meneliti apa yang terjadi pada otak ketika manusia mati. Namun terlepas dari semua yang ditemukan, kemajuan terhalang oleh ketidakmampuan untuk memantau kematian manusia dengan mudah.

Namun pada 2018, tim ilmuwan internasional membuat terobosan, lapor Science Alert.

Pada hewan, dalam 20 sampai 40 detik kekurangan oksigen, otak memasuki 'mode hemat energi' di mana otak menjadi tidak aktif secara elektrik dan neuron.

Ilustrasi mayat, jenazah. [Envato]
Ilustrasi mayat, jenazah. [Envato]

Setelah beberapa menit, otak mulai rusak saat gradien ion dalam sel menghilang, dan gelombang energi elektrokimia, disebut 'depolarisasi', menyebar, atau 'tsunami otak'.

Gelombang tersebut menyebar ke seluruh korteks dan daerah otak lainnya, yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan otak ireversibel.

Tim peneliti dari Jerman pun memantau proses ini pada 9 pasien cedera otak parah. Mereka melihat bahwa 'tsunami otak' juga terjadi pada pasien-pasien tersebut.

"Setelah penghentian peredaran darah, penyebaran depolarisasi menandai hilangnya energi elektrokimia, dan menimbulkan proses toksik yang akhirnya menyebabkan kematian," jelas ahli saraf Jens Dreier dari Universitätsmedizin Berlin.

Menurut peneliti, studi ini bisa menjadi penyelamat hidup pasien yang mengalami kerusakan otak akibat iskemia serebral atau jenis stroke lainnya.

"Pengetahuan tentang proses penyebaran depolarisasi sangat penting untuk pengembangan strategi pengobatan tambahan, tujuannya untuk memperpanjang kelangsungan hidup sel-sel saraf ketika perfusi otak terganggu," tandasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini