Info

Asik, Peneliti Sedang Mengembangkan Vaksin untuk Penderita Alergi Anjing

Vaksin ini digunakan untuk mencegah terjadinya reaksi alergi saat dekat dengan anjing.

Rosiana Chozanah

Kucing dan anjing. (Pixabay/huoadg5888)
Kucing dan anjing. (Pixabay/huoadg5888)

Himedik.com - Peneliti sedang berusaha mengembangkan vaksin alergi anjing, sehingga dapat digunakan oleh pencinta hewan lucu ini tetapi selalu bersin setelah melakukan kontak.

Ilmuwan yang berasal dari Jepang ini telah mengidentifikasi bagian-bagian tertentu dari molekul yang diduga menyebabkan reaksi alergi pada manusia setiap kali ada anjing di sekitarnya.

"Alergen ini dapat menyebabkan reaksi alergi yang parah, seperti asma, rinitis alergi, dan konjungtivitis alergi pada 5% hingga 10% populasi," tulis para peneliti.

Setelahnya, ilmuwan mengisolasi bagian molekuler ini, yang berpotensi menjadi sasaran vaksin untuk mengurangi respons imun yan dipicunya.

Bagian-bagian itu secara teknis dikenal sebagai epitop, rangkaian asam amino penyusun bagian dari protein yang dianggap sebagai ancaman oleh tubuh.

Ilustrasi alergi anjing (Shutterstock)

"Kami ingin dapat memberikan dosis kecil epitop ini ke sistem kekebalan untuk melatihnya agar bisa menghadapi alergen, mirip dengan prinsip di balik vaksin apa pun," tutur ahli biologi molekuler Takashi Inui dari Universitas Prefektur Osaka, Jepang.

Di sini, peneliti berfokus pada alergen anjing disebut Can f 1, tujuh alergen yang sebelumnya telah diidentifikasi. Alergen Can f 1 juga dinilai penyebab terjadinya 50% hingga 75% kasus alergi terhadap anjing.

Cara pengembangan vaksin yang dipimpin oleh epitop ini sama sekali bukan cara yang umum, lapor Science Alert.

Jika para ilmuwan dapat mewujudkannya, diharapkan proses yang sama dapat digunakan untuk mengembangkan jenis vaksin lain di masa depan.

Peneliti mengatakan bahwa mereka masih dalam tahap sangat awal, jadi penderita alergi terhadap anjing masih harus menunggu sementara waktu.

"Tetapi suatu hari kami dapat melihat kembali sebagai langkah penting pertama menuju vaksin yang efektif," tandas peneliti.

Berita Terkait

Berita Terkini