Himedik.com - Gejala utama Covid-19 yang paling diketahui adalah demam, batuk, hilangnya indera penciuman (anosmia) serta pengecap. Namun, banyak orang lebih familiar dengan demam sebagai tolak ukur infeksi virus corona ini.
Inilah mengapa kita selalu diukur suhu tubuhnya ketika memasuki berbagai tempat umum, termasuk rumah sakit.
Baca Juga
Rambut Rontok Ternyata Bisa Disebabkan Oleh Pola Makan, Stop Camilan Tinggi Gula!
Jelang Puncak Haji 2022, Tenaga Kesehatan Haji Wajib Pantau Keselamatan dan Kesehatan Jemaah Haji
Jangan Abaikan Penuaan Vagina Seiring Bertambahnya Usia, Apa Saja Tanda-Tandanya?
5 Perubahan Vagina Setelah Menopause, Apa Saja?
Stamina Rendah tapi Ingin Berhubungan Intim, Cobalah 5 Posisi Seks Ini
Tetapi gejala utama seperti demam dan batuk kering kurang spesifik. Kini, sekelompok peneliti menekankan bahwa prediktor infeksi Covid-19 terbaik adalah anosmia.
Hasil dari studi ini terbit di jurnal Chemical Senses, lapor News Medical.
Selain anosmia, hilangnya kemampuan mengecap juga menjadi prediktor kedua untuk Covid-19.

Sementar itu, gejala non-kemosensori yang paling terkenal, seperti sakit tenggorokan, jauh lebih tidak dapat menjadi prediktor Covid-19.
"Orang yang menerima hasil negatif dari tes Covid-19, namun melaporkan mengalami hilangnya indera penciuman idiopatik signifikan, harus dianggap sebagai kandidat prioritas tinggi untuk pengujian ulang dan isolasi diri," saran peneliti.
Untuk menilai risiko Covid-19 seseorang dengan cepat dan andal, pandemi SARS-CoV-2 membutuhkan penyedia layanan kesehatan dan pelacak kontak.
Karenanya, alat skrining yang andal sangat penting untuk mengevaluasi kemungkinan seseorang terkena Covid-19.
Peneliti mengusulkan alat yang diklaim cepat, mudah digunakan, ramah telemedis, untuk mendeteksi gejala tersebut, yakni ODoR-19.