Himedik.com - Pria yang melakukan aktivitas fisik secara teratur rupanya membawa manfaat baik bagi reproduksi. Sebab sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti di University of Cordoba melaporkan olahraga intensitas sedang bisa meningkatkan kualitas sperma pria.
Dilansir dari Science Daily, kualitas semen (mani) pada umumnya menurun di usia 50 tahun. Di antara faktor-faktor lain, ini adalah karena paparan agen eksternal dan konsumsi alkohol dan tembakau.
Baca Juga
Penyebaran Covid-19 Lewat Tetesan Pernapasan & Aerosol, Lebih Bahaya Mana?
Tidak Hanya Genetik, Lingkungan dan Gaya Hidup Juga Bisa Memicu Asma
Marak Klaim Palsu, Dokter Jelaskan Pentingnya Memakai Masker di Tempat Umum
4 Alternatif Sarapan Sehat untuk Mengawali Hari, Mudah dan Lezat!
Hubungan Orangtua dan Anak Juga Bisa Toksik, Kenali Tandanya!
Istri John Travolta Meninggal karena Kaner Payudara, Kenali Tanda Langkanya
Penurunan sifat sperma ini telah menyebabkan peningkatan masalah reproduksi.
Oleh karena itu, para ahli telah mempelajari hubungan yang memungkinkan antara kualitas sperma dan kebiasaan gaya hidup pada pria. Studi ini diterbitkan dalam European Journal of Applied Physiology.
Pada studi baru ini menunjukkan bahwa pria yang melakukan latihan fisik sedang memiliki kadar hormon yang lebih baik dan gonad (kelenjar seks) mereka menjalani proses spermatologis yang lebih sehat.
Para penulis menilai apakah ada perbedaan dalam profil hormon dan seminoligikal laki-laki yang aktif secara fisik dan menetap.

"Kami telah menganalisis parameter semen kualitatif seperti volume ejakulasi, jumlah sperma, mobilitas, dan morfologi sperma,"kata Diana Vaamonde, peneliti di Universitas Cordoba dan penulis utama penelitian ini.
"Terlepas dari kenyataan bahwa populasi sampel tidak terlalu besar (31 laki-laki), mengingat kompleksitas analisisnya, ini adalah studi pertama yang menilai perbedaan antara parameter-parameter lain," kata peneliti.
Hasilnya menyimpulkan bahwa subjek yang aktif secara fisik menampilkan nilai semen yang lebih baik. Lebih khusus, perbedaan yang ditemukan adalah dalam parameter seminologis dari kecepatan progresif dan morfologi, dalam hormon FSH, LH dan T dan dalam rasio T/C.
Dengan data hormon demikian, maka penelitian ini mendukung hipotesis bahwa lingkungan dan kebiasaan mungkin berpengaruh pada pembentukan sperma berkualitas