Pria

Awas, Berjenggot selama Pandemi Bisa Tingkatkan Risiko Penularan Covid-19

Berjenggot malah bisa meningkatkan risiko penularan virus corona Covid-19, kok bisa?

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi pria berjenggot. (Pixabay/Free-Photos)
Ilustrasi pria berjenggot. (Pixabay/Free-Photos)

Himedik.com - Bagi pemilik jenggot,  Anda mungkin perlu ekstra hati-hati selama pandemi. Hal ini disebabkan karena jenggot atau rambut di wajah malah bisa meningkatkan risiko Anda terinfeksi Covid-19.

"Ini semua tentang mendapatkan penutup yang baik antara masker dan wajah Anda," menurut Dr. Anthony M. Rossi, FAAD, seorang ahli kulit bersertifikat dan anggota American Academy of Dermatology pada Healthline.

"Jika Anda memiliki jenggot yang sangat lebat di area masker dan menutupi garis rahang dan ke leher Anda, maka itu bisa pengaruhi efektivitas masker sehingga memungkinkan partikel dan aliran udara mengalir antara Anda dan topeng," imbuhnya.

Jenggot lebat membuat setiap tetesan yang mengandung virus yang Anda hirup saat berbicara, batuk, atau bersin dapat keluar melalui lubang di sekitar tepi masker Anda. Hal ini juga berarti bahwa setiap tetesan yang dihembuskan oleh orang-orang di sekitar Anda dapat masuk ke dalam masker Anda.

Jika tetesan ini masuk ke mulut atau hidung Anda, maka bisa membuat Anda lebih mungkin tertular virus.

Dr. Adam Friedman, seorang dokter kulit bersertifikat dan anggota American Academy of Dermatology membagikan tips jika Anda tetap ingin mempertahankan jenggot. Dia menjelaskan bahwa penggunaan masker ganda berpotensi membantu jika seseorang tidak ingin bercukur karena pakai dua masker sekaligus bisa membuatnya lebih rapat.

Namun, pakai masker dua sekaligus juga dapat menyebabkan masalah lain, seperti tekanan atau ruam kontak akibat gesekan di belakang telinga.

"Di rumah sakit, di mana diperlukan masker N95 yang telah teruji kesesuaian, mereka yang berjanggut tebal dapat menggunakan apa yang disebut PAPR (respirator pemurni udara bertenaga)," kata Friedman.

Rossi menambahkan bahwa ukuran wajah orang berbeda-beda, jadi Anda perlu memastikan bahwa masker memiliki penutup yang rapat di seluruh area mulut, hidung, dan dagu.

Rossi mencatat bahwa ada panduan yang disediakan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang menguraikan gaya rambut wajah tertentu yang paling cocok untuk mendapatkan penutup masker yang baik.

Secara umum, bagaimanapun mencukur bersih atau memiliki rambut wajah yang tidak melewati garis di mana masker harus menutup wajah Anda adalah pilihan terbaik. Lebih lanjut Friedman menjelaskan bahwa kepadatan jenggot akan memainkan peran besar pada efektivitas masker. 

"Jenggot harusnya rapi dan tipis tidak boleh mengganggu pemakaian masker standar," kata Friedman dalam merekomendasikan model jenggot. 

Berita Terkait

Berita Terkini