Pria

Partisipasi Rendah, Pria Masih Dapat Stigma dan Kesulitan Akses Kontrasepsi

Menurut DKT Indonesia, partisipasi pria Indonesia dalam hal kontrasepsi masih sangat rendah.

Fita Nofiana

Ilustrasi alat kontrasepsi - (Pixabay/Bru-nO)
Ilustrasi alat kontrasepsi - (Pixabay/Bru-nO)

Himedik.com - Merencanakan kelahiran dengan kontrasepsi sering kali difokuskan pada perempuan saja. Padahal dalam menunda kelahiran, laki-laki juga memiliki peran yang juga sama pentingnya. 

Dalam merayakan Hari Kontrasepsi Sedunia 2021, DKT berkomitmen memberikan edukasi dan komunikasi kepada masyarakat terkait dengan penggunaan kontrasepsi. Hal ini dinyatakan sendiri oleh pihak DKT dalam Webinar bertajuk #Yuk Berkontrasepsi pada Rabu (29/9/2021).

"Kita berkumpul bersama untuk merayakan hari kontrasepsi sedunia tahun 2021, dan berbicara menegnai kontrasepsi DKT Indonesia dengan bangga telah menjadi pemimpin organisasi pemasaran kontrasepsi sejak lebih dari 24 tahun, kami sudah melayani lebih dari 109 juta pasangan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam berkontrasepsi dan mendukung program KB di Indonesia," ujar President Director DKT Indonesia, Juan Enrique. 

Belakangan ini, DKT Indonesia juga telah mendorong partisipasi aktif pria Indonesia dalam mengambil peran pada kontrasepsi. Para pria didorong untuk menggunakan kondom dan vasektomi dalam kampanye 'Pria Ber-KB itu Keren'.

Menurut Juan, partisipasi kontrasepsi pada pria di Indonesia masih tergolong rendah. 

"Seperti yang Anda ketahui bahwa kesadaran akan kesehatan reproduksi khusunya untuk pria di Indonesia masih sangat rendah, terbukti hanya 3,62 persen laki-laki yang menggunakan kontrasepsi," imbuh Juan. 

Ilustrasi kontrasepsi IUD. (Shutterstock)
Ilustrasi kontrasepsi IUD. (Shutterstock)


Keengganan pria untuk berpartisipasi dalam kontrasepsi di Indonesia juga dipicu oleh berbagai stigma dalam masyarakat. Hal ini dinyatakan oleh Aktivis Perempuan dan Pengamat Isu Kesehaan Reproduksi Indonesia, Kalis Mardiasih. 

"Ada laporan yang menunjukkan sulitnya akses vasektomi untuk laki-laki," ujar Kalis. 

"Ada juga laki-laki yang mengalmi setigma, kaya oh mau KB [laki-laki] karena mau jajan di luar dan sebagainya, ketika ada laki-laki yang mau ber-KB ternyata ya stigmanya masih cukup kuat dan juga belum didukung oleh fasilitas kesehatan yang ada," imbuhnya. 

Berita Terkait

Berita Terkini