Pria

Tubuhnya Terlihat Lemah, Vladimir Putin Diduga Derita Parkinson dan Kanker Tiroid

Vladimir Putin diduga menderita penyakit Parkinson dan kanker tiroid karena tubuhnya yang terlihat lebih lemah.

Shevinna Putti Anggraeni

Vladimir Putin (Pixabay/DimitroSevastopol)
Vladimir Putin (Pixabay/DimitroSevastopol)

Himedik.com - Ada banyak petunjuk menduga bahwa Vladimir Putin menderita penyakit Parkinson dan kanker tiroid ketika memerintahkan invasi Ukraina.

Tetapi, Kremlin menolak untuk memberikan penjelasan apapun tentang apa yang dikatakan para ahli dan penyelidik mengenai tanda-tanda kesehatan Vladimir Putin yang menurun ketika memulai perang.

Baru-baru ini di depan publik, Vladimir Putin yang memiliki citra "pria kuat" di Rusia terlihat lemah secara fisik dibandingkan sebelumnya.

Penurunan kondisi fisiknya yang dramatis membuat publik bertanya-tanya ia sedang berjuang melawan penyakit serius atau beberapa masalah kesehatan sekaligus atau tidak.

Baru-baru ini dilansir dari Mirror UK, muncul laporan bahwa seorang ahli bedah yang berspesialisasi dalam kanker tiroid pada pasien lansia dan pikun sedang menunggu perintah Presiden.

Presiden Vladimir Putin Umumkan Daftar Negara Musuh Rusia (Pixabay/DimitroSevastopol)
Presiden Vladimir Putin Umumkan Daftar Negara Musuh Rusia (Pixabay/DimitroSevastopol)

Pada November 2021 lalu, seorang analis politik Rusia mengungkapkan bahwa penguasa lalim itu terkena kanker dan Penyakit Parkinson. Sementara, sumber terpisah mengklaim ia telah menjalani operasi untuk kanker perut.

Dugaan kalau Putin menderita Parkinson diperkuat pada pertengahan Maret 2022, ketika Putin tertatih-tatih di luar panggung menyusul menyusul demonstrasi pro-perang di Moskow.

Penampilan pemimpin Rusia yang menurun juga membuat para analis bertanya-tanya mungkinkah wajahnya yang terlihat bengkak itu disebabkan oleh campuran steroid yang biasanya digunakan untuk mengobati kanker.

Meskipun dugaan ini berdasarkan pada setiap perubahan fisiknya. penyelidik lain percaya bahwa keputusannya yang tidak berperasaan terkait dengan perang Ukraina mungkin disebabkan oleh ketidakstabilan psikologis.

Pakar di perusahaan Jepang Risk Measurement Technologies membandingkan suaranya dari saat dia memerintahkan pasukan Rusia berperang pada Februari 2022 dengan rekaman yang lebih baru, saat pasukannya terus berjuang di Ukraina.

Berita Terkait

Berita Terkini