Wanita

Publik Bully VA Terkait Prostitusi, Psikolog: Belum Melek Kesetaraan Gender

Budaya objektifikasi perempuan menjadi akarnya.

Rauhanda Riyantama | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

ilustrasi wanita - (Pixabay/cocoparisienne)
ilustrasi wanita - (Pixabay/cocoparisienne)

Himedik.com - Respons publik terhadap VA dan AS, artis yang ditangkap atas keterlibatan dalam prostitusi online, mendapat tanggapan dari psikolog klinis sekaligus selebgram Inez Kristanti. Inez menyoroti fenomena ini sebagai cerminan bahwa masyarakat belum melek kesetaraan gender.

"Saya justru lebih tertarik untuk menyoroti, kenapa perempuan justru dipojokkan di kasus ini dan bagaimana kasus ini tidak ditangani dengan perspektif yang tepat terkait perempuan," ungkap Inez pada Himedik.com melalui WhatsApp, Selasa (8/1/2019).

Inez menilai, publik tidak adil dalam memberikan reaksi terhadap kasus ini. Berdasarkan penuturannya, laki-laki yang menggunakan jasa prostitusi terkesan dilindungi, sementara pihak perempuan, terutama VA, malah dihujani hujatan.

"Pelaku tidak diekspos dan tidak disoroti. Setahu saya pun ada pemberitaan media di mana nama artisnya ditulis lengkap, tetapi nama laki-laki yang menggunakan jasa tersebut diinisialkan," jelas Inez.

"Ketika berita mulai beredar tentang kasus ini, media langsung blow up tentang perempuannya, termasuk di akun-akun gosip social media," imbuhnya.

Psikolog Inez Kristanti - Instagram/@inezkristanti
Psikolog Inez Kristanti - Instagram/@inezkristanti

Dari sini, Inez mengatakan, terbukti bahwa masyarakat berlaku tak adil pada perempuan hingga menjatuhkan beban moral pada sang artis.

"Netizen juga langsung memberikan komentar-komentar negatif sebelum ada informasi yang lebih jelas tentang kasus ini. Di sini bisa dilihat bahwa dalam kasus-kasus prostitusi, beban moral lebih dibebankan kepada perempuan, dan ini merupakan sebuah ketidakadilan," terang Inez.

Wanita yang kerap berbagi pengetahuan tentang seksualitas di Instagram ini menjelaskan, budaya objektifikasi perempuan, atau memandang perempuan sebagai objek pemuas seksual, adalah akar dari berbagai bully-an yang diterima VA.

Ia lantas menganjurkan agar masyarakat diberi edukasi seputar kesetaraan gender agar tidak melulu menyalahkan perempuan dalam kasus prostitusi.

"Di luar Indonesia pun ada, dan aktivis-aktivis perempuan sedang memperjuangkan ini juga. Yang penting masyarakat diedukasi seputar ini juga karena masyarakat masih belum melek kesetaraan gender, melumrahkan bercandaan-bercandaan seksis di kehidupan sehari-sehari," tutupnya.

Berita Terkait

Berita Terkini