Info

Divonis Hidupnya Tak Lama karena Kanker, Bocah Ini Berjuang Demi Sang Adik

Sementara Bailey yang tahu dirinya akan meninggal mulai membuat rencana pemakamannya.

Vika Widiastuti

Kanker. (pixabay)
Kanker. (pixabay)

Himedik.com - Pasangan suami istri (pasutri) mengungkapkan kisah memilukan mengenai putra mereka yang berjuang melawan penyakit kanker. Bocah berusia 9 tahun tersebut berjuang hidup demi melihat adiknya lahir dan memberikannya nama.

Melansir dari dailyrecord, Selasa (8/1/2019), dokter yang merawat bocah bernama Bailey Cooper mengira, Bailey hanya bisa bertahan dalam hitungan hari atau minggu. Hal tersebut mengingat kanker yang dideritanya sudah menyebar ke seluruh tubuh.

Namun, Bailey berhasil menentang peluang tersebut. Dia bisa bertemu dengan adiknya yang baru lahir dan menamainya, Millie.

Meski begitu, Bailey harus pergi. Ditemani orangtuanya, Lee dan Rachel, dia meneteskan air mata dan mengembuskan napas terakhirnya pada Hari Natal.

Bocah laki-laki dari Gloucestershire, South West England tersebut dilaporkan telah berjuang melawan kanker selama 15 bulan. Dia juga telah menjalani berbagai pengobatan.

Kejadian berawal saat musim panas pada 2016, dia mulai berasa tidak enak badan. Saat memeriksakan diri ke dokter, Bailey dikira hanya terserang infeksi virus, menurut Bristol Post.

Bailey diberi antibiotik karena diduga menderita infeksi, tetapi keadaan tidak membaik. Sebaliknya justru semakin buruk.

Dia mulai menderita sakit perut parah. Setelah darahnya dites, ternyata hasilnya buruk. Bailey lantas dipindahkan ke bangsal onkologi.

Dia kemudian didiagnosis menderita Limfoma non-Hodgkin, kanker yang berkembang di jaringan pembuluh dan kelenjar di dalam tubuh. Saat ditemukan, penyakit tersebut sudah dalam tahap ketiga.

"Kami tidak tahu apa-apa saat itu. Ketika kami membawanya ke rumah sakit sebelumnya, kami pikir dia akan baik-baik saja dan kami mulai sedikit meragukan diri sendiri," kata Lee, ayah Bailey.

Bailey lalu menjalani kemoterapi bersamaan dengan pengobatan steroid. Saat itu, dokter mengira Bailey akan pulih. Pada Februari 2017, dia tampak mulai membaik.

"Mereka mengira tidak ada lagi tanda-tanda kanker. Dia (Bailey) mulai kembali sekolah," ucap Lee.

Bailey juga tetap menjalani pemeriksaan rutin dan (Magnetic resonance imaging) MRI rutin tiap tiga bulan.

Ilustrasi tirai privasi rumah sakit. (pixabay/vitalworks)
Ilustrasi rumah sakit. (pixabay/vitalworks)

Hingga pada Paskah, saat keluarga mereka liburan di Devon, mereka mendapat telepon dari rumah sakit yang menangani Bailey.

Saat itu, Bailey juga tampak terengah-engah dan lelah. Prognosis Bailey tidak baik, tetapi dia memiliki angka bertahan hidup 70 persen.

Dia kembali menjalani kemoterapi. Namun, dokter memberi tahu keluarga Bailey, jika Bailey selamat, efek jangka panjang akibat kemoterapi akan dirasakan Bailey.

Bailey kemudian menjalani transplantasi stem cell. Mereka terus berupaya demi kesembuhan Bailey.

Namun, akhir Agustus kanker menyebar dan sangat agresif. Bahkan terdapat benjolan di dada, paru-paru, hati, dan perut Bailey kecil.

Dokter mengatakan, tak ada yang bisa mereka lakukan lagi dan Bailey kemungkinan hanya bisa bertahan dalam waktu hitungan hari hingga minggu.

Keluarga tersebut lantas mencoba menikmati waktu yang tersisa. Sementara Bailey yang tahu dirinya akan meninggal mulai membuat rencana pemakamannya.

Dia ingin semua orang mengenakan kostum pahlawan super. " kami tidak berpikir dia akan bertahan selama itu, tapi dia bertekad untuk bertemu Millie. Hingga akhir November Millie lahir," kata Rachel.

Bayi baru lahir. (unsplash)
Bayi baru lahir. (unsplash)

"Dia memeluk adiknya dan melakukan segala yang dilakukan seorang kakak laki-laki kepada adiknya, seperti bernyanyi untuknya," lanjutnya.

Sejak itu, kondisi Bailey terus menurun dan tidak responsif. Hingga pada Jumat (22/12), Bailey dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulans.

Dia menjadi tidak responsif karena kanker telah menghancurkan tubuhnya.

"Kami duduk di sana jam demi jam, mengawasinya pergi. Kami membacakan cerita untuknya dan mendengarkan musik kesukaannya," tutur Rachel.

"Hingga menjelang pukul 11.45 pada malam Natal, kami berada di samping tempat tidurnya. Kami tahu dia tidak akan lama lagi. Kami memberitahunya, 'Saatnya pergi Bailey, berhenti' Saat kami bilang berhenti. Dia mengembuskan napas terakhir dan satu tetes air mata keluar dari matanya. Itu damai," pungkasnya.

Saat pemakamannya, ratusan orang mengenakan kostum superhero berwarna-warni berjejer dekat krematorium untuk mengucapkan selamat tinggal.

Berita Terkait

Berita Terkini