Wanita

Berbahaya, Ini Alasan Dokter Bedak Tidak Merekomendasikan Filler Payudara

Prosedur suntik filler tanpa disadari mungkin lebih berbahaya bagi kesehatan.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi dampak filler payudara. (girlu.com)
Ilustrasi dampak filler payudara. (girlu.com)

Himedik.com - Banyak prosedur kecantikan untuk memperbesar ukuran payudara, seperti implan dan filler. Meski implan aman, masih banyak wanita yang takut akan pembedahan dan timbulnya jaringan parut sehingga lebih memilih prosedur filler.

Padahal, prosedur suntik filler tanpa disadari mungkin lebih berbahaya bagi kesehatan mereka.

Konsultan payudara dan ahli bedah endokrin Pusat Medis Prince Court, Harjit Kaur, mengatakan suntik filler payudara lebih mungkin menimbulkan komplikasi.

"Filler sangat populer dalam operasi plastik. Orang menggunakan filler di wajah untuk mengembalikan volume sekaligus mengisi kerutan di kulit. Sedangkan pada payudara, filler disuntikkan ke dalam fasia (lembaran jaringan ikat) yang menutupi otot dada," jelas Kaur, dilansir The Star.

Meski terlihat prosedur yang mudah, Kaur mengatakan dibutuhkan banyak keterampilan dan panduan ultrasound (USG) untuk menyuntikkan filler ke bidang yang tepat.

Ilustrasi deteksi dini kesehatan payudara. (Foto: shutterstock)
Ilustrasi operasi payudara (Foto: shutterstock)

"Tapi seringkali, cara melakukannya tidak seperti itu," sambungnya.

Bahaya dari jenis prosedur ini adalah banyaknya ahli kecantikan tidak berizin serta klinis yang menawarkan layanan ini.

Seluk beluk prosedur yang rumit ditambah praktisi tanpa izin menyebabkan filler langsung disuntikkan ke jaringan payudara. Tentu ini menimbulkan dampak medis yang berbahaya.

"Seluruh tekstur dan arsitektur payudara benar-benar tergantikan oleh filler. Ahli bedah kemudian tidak dapat membedakan antara jaringan alami dan filler. Selama periode waktu tertentu, filler dapat mulai membentuk granuloma yang muncul sebagai benjolan menyakitkan di payudara," lanjutnya.

Walaupun ada klaim bahwa filler yang digunakan adalah asam hialuronat dan akan hilang dalam waktu enam hingga 12 bulan, Kaur mengatakan umumnya ahli kecantikan tanpa izin menambahkan zat lain di dalamnya, misalnya silikon.

"Saya juga pernah merawat pasien yang berakhir di Unit Perawatan Intensif karena penekanan kekebalan akut setelah suntikan filler payudara. Tubuhnya tidak merespon secara baik terhadap zat asing yang masuk ke tubuhnya dan itu menyebabkan masalah," imbuhnya.

Bagi wanita yang ingin memperbesar payudara, Kaur menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan payudara bebas dari penyakit. Setelah itu, minta pendapat ahli bedah kosmetik terlatih dari awal hingga prosedur selesai.

Berita Terkait

Berita Terkini