Wanita

Ahli: Kesehatan Kardiovaskular pada Wanita Lebih dari Sekadar Hormon

Wanita selalu berada dalam posisi kurang menguntungkan dalam hal pencegahan dan pengelolaan penyakit kardiovaskular.

Rosiana Chozanah

Ilustrasi gangguan kardiovaskular- (Shutterstock)
Ilustrasi gangguan kardiovaskular- (Shutterstock)

Himedik.com - Penyakit kardiovaskular tidak hanya menyerang pria saja, tetapi juga menjadi penyebab utama kematian pada wanita di seluruh dunia. Pada wanita, penyakit kardiovaskular lebih dikaitkan dengan variasi hormon.

Beberapa bukti yang mendukung hal itu adalah:

- Pertama, wanita mengembangkan penyakit kardivaskular rerata 10 tahun lebih lambat daripada pria, dan insiden penyakit meningkat setelah menopause. Penundaan ini umumnya dikaitkan dengan efek perlindungan dari hormon sebelum menopause.

- Kedua, orang yang mengalami menopause dini akibat operasi pengangkatan indung telur berisiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular. Ini dihubungkan dengan penurunan kadar hormon wanita.

Pada akhirnya, wanita dengan risiko penyakit kardiovaskular ini diobati dengan terapi hormon.

Ilustrasi serangan jantung - (Shutterstock)
Ilustrasi masalah kardiovaskular - (Shutterstock)

Namun, laporan studi oleh Women’s Health Initiative dan lainnya belum membuktikan bahwa terapi hormon menawarkan perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular pada wanita usia lanjut. Bahkan, terapi ini dapat meningkatkan risiko trombosis.

Profesor Biokimia di Universitas Sultan Qaboos, Jumana Saleh, mengatakan bahwa kesehatan jantung wanita tidak hanya seputar hormon.

"Ketidakpastian itu menunjukkan bahwa, dalam hal penyakit kardiovaskular wanita, hormon tidak menceritakan keseluruhan cerita," tulis Saleh, mengutip Scientific American.

Misalnya, lanjut Saleh, setelah menopause zat besi akan menumpuk dalam darah. Sementara zat besi sendiri terkait dengan stres oksidatif, tanda perkembangan aterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri).

Jadi, kemungkinan ada faktor risiko lain untuk penyakit kardiovaskular yang terjadi setelah menopause. Ini merupakan topik yang perlu diteliti lebih lanjut.

Saleh juga mengatakan bahwa selama ini wanita selalu berada dalam posisi kurang menguntungkan dalam hal pencegahan dan pengelolaan penyakit kardiovaskular.

"Praktisi medis cenderung mementingkan gejala yang umumnya terjadi pada pria, seperti nyeri dada. Padahal, terkadang wanita mengalami gejala yang berbeda, seperti mual, pusing, nyeri rahang atau leher, dan sakit punggung, yang sering tidak dikenali oleh prosedur diagnostik konvensional," sambungnya.

Selain itu, ada kepercayaan di kalangan dokter dan masyarakat bahwa wanita memilik risiko yang lebih rendah terkena penyakit kardiovaskular.

"Meski ada beberapa kebenaran untuk hal ini, perbedaan relatif cenderung berkurang seiring bertambahnya usia. Kurangnya representasi wanita dalam studi klinis memperburuk masalah," tambah Saleh.

Jadi, Saleh menekankan bahwa perlu adanya penelitian baru tentang peran hormon dalam kesehatan jantung wanita.

"Mencari tahu mengapa wanita kehilangan perlindungan saat mengalami menopause dapat menghasilkan wawasan tentang bagaimana memprioritaskan strategi pencegahan," tandasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini