Wanita

Batuk Berdahak Tak Kunjung Sembuh, Ternyata Wanita Ini Idap Kanker Stadium Akhir

Apa saja gejala yang dialami wanita ini?

Rosiana Chozanah

Batuk. (shutterstock)
Batuk. (shutterstock)

Himedik.com - Seorang wanita bernama Alix Burnard (29) asal Inggris didiagnosis menderita kanker paru-paru termal, atau stadium akhir, setelah berbulan-bulan merasa sulit bernapas dan batuk berdahak.

Burnard mulai merasa sakit pada Maret 2021, tetapi ia berulang kali dites negatif Covid-19. Tetapi batuknya terus berlanjut.

Ia juga mengalami pembengkakan di sekitar leher dan kelenjar getah beningnya.

Burnard diduga menderita batuk biasa. Karenanya dokter hanya memberinya obat sirup untuk meredakan batuknya serta antibiotik. Selain itu, dokter juga tidak memintanya untuk kembali check up.

Seiring waktu, gejalanya memburuk. Pada Mei, dia kehilangan banyak berat badan dan sering batuk hingga muntah.

Ilustrasi Paru-Paru - Fungsi Paru-Paru dan Gangguan yang Dapat Menyerangnya (Freepik)
Ilustrasi Paru-Paru (Freepik)

"Saya kesulitan bernapas dan tidak bisa berbicara tanpa terengah-engah. Saya batuk berdahak terus-menerus, dan tidak bisa meninggalkan rumah tanpa batuk," kata Burnard, dikutip Insider.

Hingga akhirnya ia menjalani beberapa tes, dan hasil CT scan mengungkap bahwa dirinya menderita kanker paru-paru stadium akhir.

Meski sudah diketahui bahwa Burnard menderita kanker, dokter tidak tahu jenis apa.

Di saat yang sama, Burnard menderita radang paru-paru. Dokter pun memberinya antibiotik IV untuk infeksinya. Tetapi kankernya terbukti lebih sulit untuk diobati.

Ia sempat dipulangkan dari rumah sakit selama dua minggu. Tetapi selama waktu itu juga kondisinya semakin memburuk.

"Saya tidur sepanjang waktu dan saya sangat lemah sehingga saya tidak bisa benar-benar berdiri. Pacar saya harus menggendong saya naik turun tangga karena terlalu sulit untuk saya lakukan," sambungnya.

Akhirnya, ia kembali dirawat di rumah sakit. Burnard menjalani terapi oral yang ditargetkan dan sesekali menggunakan ventilator.

"Akhirnya seiring waktu, saya belajar untuk memahami bahwa saya akan hidup dengan kanker yang tidak dapat disembuhkan," lanjutnya.

Dia memulai pengobatan baru yang disebut crizotinib pada bulan Juni lalu dan kemoterapi IV akan menjadi perawatan berikutnya.

Pengobatan yang ia jalani memberinya tambahan angka harapan hidup.

"Saya hanya bisa berharap bahwa ini memberi saya lebih banyak waktu daripada dua pengobatan sebelumnya. Yang saya inginkan adalah menstabilkan kanker saya dan menjalani hidup sebaik mungkin," imbuhnya.

Ia pun meminta orang-orang untuk waspada terhadap gejala-gejala yang terjadi terus-menerus, seperti batuk atau sesak napas yang tak kunjung sembuh.

Berita Terkait

Berita Terkini